uwooskyes

#02

“Abis dari mana lu?” tanya Hanif yang penasaran karena tadi ia langsung pergi tanpa pamit.

“Tugas negara bos.” jawab Mirza sembari melucu.

Raihan yang tahu maksud Mirza itu tersenyum lebar, ia paham apa maksud Mirza dan ia pun tahu bahwa Mirza sudah menyukai Mitha sejak mereka masuk SMA.

Mirza memang belum memberi tahu mereka akan hal itu tapi Raihan sadar sendiri karena beberapa kali ia melihat Mirza mengkhawatirkan Mitha.

“Lu gak kepo ja ama masalah Mitha?” penasaran Raihan.

Mirza menggelengkan kepalanya , “Kenapa gue harus ikut campur urusan Mitha?”

“Hahaha, gak kepo beneran?” tanya Raihan memastikan.

“Biar Mitha yang cerita aja.” jawab Mirza.

Raihan tertegun melihat sikap Mirza dan ia rasa Mirza cukup baik kalau mempunyai hubungan bersama Mitha.

#01

Sedari tadi, mata Mirza tidak lepas dari pandangan ke arah Mitha, tempat duduk mereka hanya berjarak 2 bangku ke depan dari tempat duduk Mirza.

Mitha yang kini sedang diserang rasa sakitnya akibat pukulan ayahnya kemarinpun sudah tidak kuat menahan rasa sakit itu, ia mengangkat tangannya.

“Pak, saya izin ke uks boleh?” tanya Mitha kepada guru yang ada di depan.

Guru itu menoleh dan melihat betapa pucatnya murid ini, “Ya sudah, hati-hati.”

Mitha bangkit berdiri namun ternyata badannya sudah tidak kuat menahan, ia terjatuh dan seketika badannya lemas.

Mirza yang melihat itu spontan mendekat dan menggendong Mitha, ia berlari kecil agar cepat sampai di uks.

Mirza menidurkan Mitha di bangkar yang sudah disediakan, “Bentar gue panggil PMR dulu.”

Sang petugas pun datang dan langsung memeriksa Mitha, belum sempat Mitha berterima kasih sayangnya Mirza sudah lebih dulu kembali ke kelas karena hari ini memang ada jadwal ulangan.

Tak lama Mirza pergi, Raihan datang dengan wajah yang terlihat panik dan khawatir.

“Gapapa gapapa.” ucap Mitha agar bisa membuat Raihan tenang.

“Udah kaya gini masih aja bilang gapapa, ngeselin.” ujar Raihan mendekat ke arah Mitha.

Mitha tersenyum, senyuman yang dimilikinya selalu membuat orang yang melihat itu menjadi tenang, Raihan sangat menyukai senyuman milik Mitha.

“Gue beli makanan dulu, istirahat aja jangan mikirin yang lain.” kata Raihan mengelus kepala Mitha.

Mitha harus tetap bersyukur walaupun ayahnya terkadang keji kepada dirinya, ia masih memiliki Raihan dan keluarganya yang sangat peduli pada Mitha.

#Akhir Cerita

Langit hari ini seperti memihak pada pasangan kekasih yang sedang kasmaran ini, sudah bertahun-tahun Kalana tidak berkunjung ke pantai, pantai yang banyak menyimpan kenangan bersama keluarganya.

“Dulu setiap weekend kita selalu pergi ke pantai ini, kata mama pantai ini banyak nyimpen kenangan semasa mama papa pacaran,” kata Kalana sembari berjalan menyelusuri pantai nan indah ini.

Abimanyu menatap sang kekasih dalam-dalam, “Cantik.” ucap Abimanyu dalam hati.

“Kalo kamu ada kenangan gak sama pantai?” tanya Kalana.

Abimanyu menggeleng, “Gak ada, aku jarang pergi ke pantai.”

Kalana duduk di serpihan pasir dan memainkan pasir itu, “Aku selalu suka ruang terbuka, entah itu taman ataupun pantai,”

“Lebih jelasnya lagi, aku suka menatap langit.” lanjut Kalana.

Abimanyu ikut duduk di samping Kalana, “Kenapa gitu?”

“Langit itu indah banget, warna langit yang biru bercampur dengan sinar matahari ketika terbenam. Memandang langit itu menyegarkan pikiran dan bikin aku bisa tersenyum lebar,” kata Kalana.

“Langit itu rumahnya bintang, bulan, matahari, dan lain-lain. Kalau kakak itu ya rumah ku.” tambah Kalana menatap mata Abimanyu.

Abimanyu tersenyum gemas melihat tingkah laku perempuannya, “Apalagi yang bikin kamu suka natap langit?”

“Kata mama, langit punya banyak keindahan yang bisa kita nikmati, contohnya bintang. Bintang itu bersinar kalau malam aja kan, sama kaya makhluk hidup, kita juga bisa bersinar pada waktunya, kita punya tempat khusus seperti langit yang akan membuat diri kita menjadi bersinar seperti bintang.” papar Kalana.

Abimanyu menyubit hidung Kalana pelan, “Kamu keren banget.”

“Loh, iya dong.” bangga Kalana pada diri sendiri.

Abimanyu mengacak-acak rambut Kalana pelan, “Kak ih berantakan.” protes Kalana.

Abimanyu berdiri, “Lari yuk!”

Kalana bangkit dari duduknya dan mengejar Abimanyu yang sudah lari terlebih dahulu.

“Kakak tunggu.” teriak Kalana.

Abimanyu tersenyum lebar menatap ke arah perempuan yang ia sayangi kini berlari menuju dirinya, Abimanyu merentangkan tangannya agar Kalana masuk ke dalam pelukannya.

Kalana memeluk erat Abimanyu, ia takut akan hal yang sama seperti beberapa bulan yang lalu terjadi lagi, Abimanyu tidak sadarkan diri untuk waktu yang lama dan membuat Kalana menangis setiap harinya.

Abimanyu membalas pelukan itu dengan sangat erat, sungguh ia sangat mencintai kekasihnya satu-satunya ini.

Tak terasa hubungan mereka sudah berjalan begitu lama, banyak hal yang terjadi selama satu tahun belakang ini, banyak juga orang yang tersiksa di dalam hubungan ini.

Dari begitu banyaknya masalah yang terjadi, Kalana dan Abimanyu tetap tidak berubah sama seperti langit yang tidak akan berubah untuk buminya.

Kalana berharap kebaikan selalu menyertai hubungannya, Abimanyu menggandeng tangan Kalana dan mereka berlari bersama menyelusuri pantai.

“Kamu udah siap belum?” tanya Abimanyu merangkul Kalana.

“Siap apa?” bingung Kalana.

“Nikah sama aku.” jawab Abimanyu tersenyum.

“Apaan deh kamu.” salah tingkah Kalana memukul pelan Abimanyu.

Abimanyu melangkah ke parkiran mobil dan membuka bagasi belakang lalu mengambil sebuah tali, “Aku serius, cincinnya nyusul.”

Kalana sedikit terkejut dengan ajakan Abimanyu yang ia kira hanya candaan belaka namun ternyata ajakan tersebut menjadi serius.

“Hey, mau gak?” senggol Abimanyu yang menyadarkan Kalana dari lamunannya.

“Kamu masih aja nanya aku, kan udah jelas jawabannya pasti mau.” jawaban Kalana yang membuat Abimanyu salah tingkah.

Ia memang sudah tahu bahwa Kalana pasti akan menerima lamarannya namun tak disangka ia berani mengutarakan keinginan itu di tempat seperti ini tanpa persiapan apapun.

Air mata Kalana keluar begitu saja melihat Abimanyu memasangkan tali tersebut ke jari manis milik Kalana, “Ah, i love u Kalana.”

“I love u too Abimanyu.” sahut Kalana kembali memeluk sang pujaan hati yang ia damba-dambakan.

Di dalam hubungan memang akan selalu ada masalah yang terjadi, tergantung kita menyikapinya dengan cara apa dan bagaimana agar tetap bertahan disuatu hubungan. Abimanyu sangat bersyukur memiliki sosok Kalana di hidupnya karena menurut Abimanyu, Kalana adalah wanita yang tidak akan pernah Abimanyu temukan di manapun. Kalana hanya satu di dunia dan itu milik Abimanyu.

#Berbincang manis

Kalana tahu betul bahwa abangnya menyuruh untuk kebawah sudah pasti ingin memberi wejangan dan bekal untuk Kalana.

Gazi menepuk-nepuk sofa mengisyaratkan agar Kalana duduk di dekatnya, “Sini.”

“Apa?” tanya Kalana.

“Kamu udah yakin sama pilihan kamu?” tanya Gazi.

Kalana mengangguk dan memejamkan matanya sepuluh detik, “Yakin dong.”

“Kamu tahu kan masalah apa yang akan nanti kamu hadapin?” tanya Gazi lagi.

“Entah itu masalah yang sama dengan apa yang kamu lihat dari mama papa atau mungkin juga masalah baru yang akan kamu rasain nanti.” lanjut Gazi.

“Aku udah siap lahir batin dengan apapun itu bang,” ucap Kalana, “bukannya kalo kita cinta sama seseorang itu kita akan menerima resiko apapun itu terhadap hubungan kita?”

“Iya bener, kamu harus siap mau dengan masalah yang kecil atau pun besar banget.” jawab Gazi mengelus kepala adik kecilnya itu.

“Abang mau tinggal bareng aku nanti?” tanya Kalana.

Gazi menatap adiknya itu, “Gak, abang tinggal sendiri aja gapapa, abang mau kamu berbakti sama suami kamu nanti.”

Air mata Kalana menggenang, “Abang, maaf ya aku duluan.”

Gazi paham Kalana pasti merasa bersalah karena ia akan meninggalkan abang satu-satunya itu.

Gazi mengelus kepala Kalana dan menuntun agar menempel dibahu lebar milik Gazi, “Gapapa asal kamu bahagia dan seneng ngejalaninnya.”

Air mata Kalana membasahi pipinya, “Aku sebenarnya takut ngejalanin hubungan yang lebih serius bang, aku takut berakhir kaya mama papa.”

“Jangan takut untuk memulai hal baik Kalana, kamu tau kan kalo nikah itu ibadah diagama kita, dan abang yakin kalo apa yang kita mulai dengan baik dan memiliki niat yang baik inshaallah dilancarkan sama Allah.” papar Gazi.

Kalana menyembunyikan wajahnya di antara kepala dan bahu Gazi, sungguh ia akan merindukan hal-hal kecil bersama Gazi.

“Jangan nangis dong,” tutur lembut Gazi yang memeluk Kalana.

“Abang ada di rumah ini ya Kalana, abang gak akan pergi kemana-mana, kalo Abimanyu jahat Kalana pulang ke sini ya, kalo Abimanyu nakal bilang abang ya Kalana.” tambah Gazi mencium kepala Kalana.

Tangisan Kalana semakin menjadi-jadi karena Gazi, Kalana bangga sekali memiliki abang seperti Gazi. Dari dahulu Gazi selalu menjaga Kalana dari semua orang yang memiliki niat jahat kepada dirinya, Gazi adalah orang no 1 yang akan maju ketika Kalana diganggu oleh teman-temannya, bahkan sampai sekarang pun Gazi selalu memprioritaskan Kalana dibanding dirinya.

Waktu mereka memutuskan untuk keluar dari rumah ini, Gazi lah yang mencari uang untuk mereka bertahan hidup, Gazi memaksa Kalana untuk tetap kuliah walaupun Gazi tahu uang yang ia hasilkan itu sangat kurang untuk membiayai Kalana kuliah, Gazi selalu membawa makanan tiap ia pulang kerja karena ia tahu Kalana belum makan seharian, Gazi selalu berjaga malam agar Kalana bisa tidur nyenyak, Gazi selalu melindungi dan menjaga Kalana sedari ia kecil sampai sekarang pun.

Kalana harus bersyukur bahwa kenyataannya Kalana memiliki orang-orang yang sangat menyayangi dirinya, dari Gazi, Arumi, Abimanyu, Jauzan, dan ibu Abimanyu. Mereka selalu menyayangi Kalana dan memperlakukan Kalana dengan baik sehingga Kalana tidak pernah merasa ia kesepian.

#Lega

Kalana melihat semua orang menangis menghadap pintu ruang inap Abimanyu, sungguh ia tidak bisa menerka-nerka dalam urusan ini, pikirannya sudah buntu tidak ada jalan untuk berpikir.

“Kenapa?” tanya Kalana kepada Jauzan.

Jauzan hanya diam menatap tembok kosong, ia tidak sanggup berbicara kepada Kalana.

Ibu memeluk Kalana, “Yang sabar ya sayang.”

Ulang tahun Kalana belum berakhir, ia yakin ini hanya tipu belaka.

“Bu kenapa?” tanya Kalana sekali lagi.

Belum sempat ibu menjawab, dokter dan perawat keluar dari ruang inap milik Abimanyu.

“Orang tua Abimanyu bisa ikut saya ke ruangan, yang lain sudah boleh jenguk namun tidak boleh terlalu banyak orang.” kata Dokter itu.

Kalana tersenyum, senyuman yang terlihat ketulusannya terpancar diwajah cantik milik Kalana.

Ia pikir hari ulang tahunnya akan meninggalkan luka yang membekas namun tak disangka apa yang ia harapkan malah terjadi di ulang tahunnya. Yaitu, Abimanyu—sang pujaan hati yang ia rindukan kini sadar dari komanya yang sudah satu bulan lebih berlalu.

Mata mereka semua tertuju pada Kalana, mereka mempersilakan Kalana untuk masuk terlebih dahulu karena bagaimanapun mereka semua tahu keadaan Kalana satu bulan ini tanpa Abimanyu.

Kalana menbuka pintu ruang itu perlahan, ia melihat sang pujaan hatinya sedang memegang bunga dan kue berwarna biru langit.

Air mata yang Kalana tahan sedari tadi kini meluncur bebas, ia berlari kecil menghampiri Abimanyu yang sedang duduk dibankar.

“Jangan nangis.” ucap Abimanyu.

Suara itu, suara yang Kalana sangat rindukan dan akhirnya hari ini Kalana bisa mendengar kembali suara tersebut.

Kalana memeluk erat Abimanyu, baju rumah sakit yang dipakai Abimanyu kini basah terkena air mata Kalana.

“Aku sayang banget kak sama kamu, jangan tinggalin aku.” pinta Kalana yang masih memeluk Abimanyu.

“Aku gak kemana-mana, ini lepasin dulu aku juga mau meluk kamu tapi ada bunga sama kue.” ucap Abimanyu sembari tersenyum.

Ah, rasanya indah sekali melihat senyuman Abimanyu yang sudah satu bulan lebih ini tidak Kalana lihat.

“Sini, peluk lagi.” ujar Abimanyu merentangkan tangannya.

Kini mereka sedang melepas rindu yang sudah menumpuk, Abimanyu mengusap rambut Kalana pelan dan Kalana menangis lagi.

“Selamat ulang tahun sayang, maaf aku telat datangnya.” ucap Abimanyu yang memberi ucapan untuk Kalana sebelun harinya berakhir.

Kalana menerima bunga yang Abimanyu berikan khusus untuknya, bunga tulip merah yang melambangkan cinta tak terbatas atau cinta yang abadi sama akan cintanya Abimanyu yang akan selalu abadi untuk Kalana.

Rasanya Kalana ingin bersyukur atas kebahagiaan yang diciptakan untuk dirinya, sungguh ulang tahun yang meninggalkan kesan baik selama hidup Kalana. Ia harap tahun-tahun berikutnya akan selalu sama atau mungkin lebih bahagia dari ini.

#Hari Kalana

Hari ini adalah hari dilahirkannya Kalana ke dunia, sangat banyak pelajaran yang didapat Kalana selama perjalanan hidupnya. Di umur baru ini Kalana berharap ia menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnnya.

Hari ini banyak kejutan untuknya, dimulai dari Gazi yang mendatangi Kalana tengah malam lalu dilanjut pagi-pagi buta Arumi dan sang pacar memberikan hadiah dan kue kesukaan Kalana. Tidak sampai situ, malam ini Arumi mengajak Kalana untuk dinner cantik di hotel bintang lima.

Senyum Kalana sangat terpancar hari ini, padahal di dalam hatinya ia tetap merasa kurang. Sebahagianya Kalana hari ini tetap saja ia merasa hampa.

“Jangan mikirin yang gak harus dipikirin kal.” ucap Arumi sembari mengenggam tangan Kalana.

Kalana tersadar dari lamunannya, “Kak abim belum mau bangun ya yum?”

Kalana menundukkan kepalanya, ia menangis lagi hari ini.

Arumi yang tidak tega melihat sahabatnya lagi-lagi menangis untuk kesekian kalinya pun langsung memeluk tubuh mungil milik Kalana.

Arumi mengusap lembut punggung Kalana, “Jangan nangis kal, kak abim nanti ikutan sedih.”

“Dikit lagi hari nya gue berakhir yum, kak abim gak mau ngucapin ya?” tanya Kalana.

“Gue cuma pengen kak abim bangun yum.” tutur Kalana.

Arumi mengerti Kalana sudah sangat merindukan laki-lakinya, sudah satu bulan lebih Abimanyu tidak sadarkan diri, sudah satu bulan lebih juga Arumi melihat Kalana menangis setiap harinya.

Arumi tidak tahu harus membantu Kalana bagaimana lagi karena sejujurnya Arumi sudah melakukan banyak hal agar Kalana kembali menjadi dirinya yang dulu.

Dinner malam ini dipenuhi oleh air mata, ulang tahun Kalana tahun ini adalah ulang tahun yang berkesan untuk Kalana.

Ponsel Arumi berdering muncul nama Jevan di layar ponsel milik Arumi.

“Hallo, kenapa je?”

“Oke aku on the way ke rumah sakit sekarang.”

Kalana menggigit bibirnya, khawatir akan berita yang tidak baik hadir di ulang tahunnya.

“Ayo kita ke rumah sakit sekarang!” ajak Arumi.

Kalana yang bingung pun mau tidak mau mengikuti Arumi.

#Terbengkalai

Kini Abimanyu sudah sampai di lokasi yang diberitahu Arumi, sebuah gedung tua yang terlihat kumuh seperti tak terurus.

Suasana sangat mencekam bulu kuduk Abimanyu berdiri, dengan langkah kaki yang berat Abimanyu memasuki gedung tersebut.

“Widih pahlawannya dateng nih.” ucap seseorang yang tiba-tiba muncul di belakang Abimanyu.

Abimanyu mematung ketika melihat perempuannya tergeletak tak berdaya.

“Lo ngapain?” tanya Abimanyu pada orang itu.

“Gue?” tanya orang itu menunjuk dirinya, “Gue ya nemenin cewek lo lah.”

“Eliza mana?” tanya Abimanyu yang maju mendekati sosok itu.

Pergelangan tangan Abimanyu tertahan, “Halo sayang.”

Abimanyu menoleh kearah suara itu berasal, “Lo apain cewek gue li?”

“Jangan marah-marah lah.” ucap Eliza sang dalang dibalik semuanya.

“LO APAIN CEWEK GUE!” bentak Abimanyu.

Samar-samar Kalana melihat Abimanyu yang sedang marah besar kepada Eliza, pusing sekali rasanya kepala Kalana.

“Cewek lo lemah banget bim, masa gue pukul sedikit aja pingsan.” tutur Eliza tanpa rasa bersalahnya.

“Brengsek lo berdua.” murka Abimanyu mendekati lelaki yang membantu Eliza.

Bugh

Suara pukulan keras yang berasal dari Abimanyu untuk laki-laki tersebut, Kalana yang sedikit tersadar kini terkejut melihat sang pacar memukuli laki-laki itu habis-habisan, pasalnya ia baru pertama kali melihat Abimanyu semarah ini pada orang.

Eliza yang melihat Abimanyu memukuli partnernya pun berusaha melerai mereka.

“BIM GILA UDAH,” teriak Eliza.

“INI TERJADI KARENA LO, SEMUA KARENA LO ABIMANYU, GUE SAYANG LO TAPI LO LEBIH MILIH CEWEK MURAHAN INI ABIMANYU.” marah Eliza sembari menunjuk ke arah Kalana yang pura-pura belum sadar.

“Jangan lo sebut Kalana cewek murahan di depan gue karena yang murahan itu diri lo sendiri Eliza.” hardik Abimanyu.

“Dan lo, jangan karena cinta lo mau nurutin apa kata Eliza, kalo cinta jangan sampai mau dibodoh-bodohin” ucap Abimanyu sembari menunjuk laki-laki yang kini mukanya banyak luka.

Abimanyu mendekat ke arah Kalana, ia ingin menggendong perempuannya dan membawa kembali ke rumah. Namun, baru selangkah Abimanyu berjalan ke arah Kalana, Kalana tiba-tiba membuka matanya dan berteriak, “KAK ABIM AWAS!”

Bugh

Pukulan keras yang berasal dari kayu panjang membuat Abimanyu tergeletak tak berdaya, darah segar bewarna merah mengalir deras dari kepala Abimanyu.

#Bukan Danny

Abimanyu semakin panik dan khawatir ketika Gazi mengkabarkan bahwa Kalana tidak ada di apartement milik Danny.

“Ini tas Kalana kan?” tanya Abimanyu pada Gazi.

Gazi mengangguk, “Iya, tadi adek gue pergi pake tas ini.”

Gazi menenangkan Rino yang sedari tadi menangis mencari papanya, “Tenang ya Rino, ini om Gazi.”

Dari raut wajah Abimanyu, Gazi paham bahwa ini masalah besar.

“Mana Kalana?” tanya Danny yang tiba-tiba muncul di hadapan Abimanyu.

“Lo kasih tau gue sekarang rencana lo berdua apa!” bentak Abimanyu.

“Apaan sih bim, gue beneran gak tau apa-apa.” jelas Danny.

Abimanyu menggepalkan tangannya guna menahan emosi agar tidak kelepasan di hadapan Rino.

“Gue daritadi di kantor bim, gue juga gak tau kalo Eliza punya niat jahat ke Kalana.” ucap Danny.

Abimanyu mengusap mukanya dengan kasar, “Kalo emang lo gak tau apa-apa, bantu gue, bantuin gue buat nemuin Kalana.”

Danny mengangguk pertanda setuju, “Tanpa lo suruh pun udah gue bantu bim.”

Gazi hanya diam memandangi mereka berdua yang berbicara memakai emosi, Gazi tidak paham masalah mereka berdua apa, bagaimana mereka saling mengenal?

#Celaka

Ponsel Kalana berdering menandakan ada yang menelpon dirinya, Kalana sengaja tidak mengangkat karena nomor tersebut tidak memiliki nama atau bisa dibilang nomor tidak dikenal namun telepon Kalana terus berdering mau tidak mau Kalana mengangkatnya.

“Halo, ini siapa?”

“Saya asisten pak Danny, tolong bukain pintu nya saya mau memberi obat Rino.”

“Oh, sebentar ya.”

Kalana mematikan telepon tersebut, tanpa pikir panjang Kalana segera membukakan pintu apartement milik Danny.

Nihil, tidak ada satupun orang di depan pintu, Kalana bergedik ngeri seketika ingat perkataan Abimanyu. ia segera masuk ke dalam lagi namun kalah cepat dengan orang yang tiba-tiba membekap mulut Kalana, Kalana sempat memberontak sebelum ia akhirnya tidak sadarkan diri.

Harusnya Kalana mengkonfirmasi terlebih dahulu kepada Danny, harusnya juga Kalana menurut saja pada sang pacar.

#Lebih Jujur

Langit hari ini terlihat sangat cerah dan terik, di sepanjang jalan banyak orang yang menggoyangkan tangannya agar menghasilkan angin karena terlalu panasnya hari ini.

Kalana sudah sampai di kantor milik Danny, lelaki tampan yang memiliki dua anak kembar dari Eliza—musuhnya Kalana.

“Hai,” sapa Danny sembari mengangkat tangannya mengisyaratkan agar Kalana tahu di mana ia berada.

“Loh, banyak banget.” ucap Danny ketika melihat makanan yang dibawa Kalana.

“Gapapa, biar kamu sama Rino cobain hehe.” kata Kalana sembari duduk.

“Mau ngomongin di ruangan saya atau di sini aja?” tanya Kalana.

“Ruangan kamu, bisa?” tanya balik Kalana.

Danny mengangguk dan segera berjalan mendahului Kalana.

“Pakai lift ini aja biar langsung ke ruangan saya.” ujar Danny.

Kalana hanya mengekor pada Danny, dari ia datang sampai ia masuk ke lift bersama Danny semua mata memandang ke arah mereka dengan tatapan seperti merendahkan bahkan Kalana sempat mendengar salah satu karyawan bergunjing tentangnya.

“Kamu sering bawa cewek ke sini kah?” tanya Kalana pelan.

“Gak,” jawab Danny, “kenapa?”

“Gapapa.” jawab Kalana.

“Duduk!” suruh Danny.

Kalana duduk di sofa, ruangan ini bisa dibilang luas karena masih banyak space yang kosong.

“Saya dan Eliza tidak berpacaran,” tutur Danny.

Kalana hanya diam menunggu perkataan selanjutnya.

“Saya dan dia berada di suatu kesepakatan, pada saat itu saya harus memiliki anak laki-laki untuk mendapatkan hak perusahaan daddy saya, saya bertemu dengan Eliza dan membuat kesepakatan bersamanya.” jelas Danny.

“Kesepakatan apa?” bingung Kalana.

“Saya harus memberi uang semau dia dan dia akan lakukan itu untuk saya, sejauh itu saya belum tau kalau dia punya pacar dan mau melakukan itu demi terlihat baik oleh pacarnya,” jawab Danny.

“Abimanyu, pacarnya dia saat itu.” sambung Danny.

“Uang? jadi maksud kamu uang yang selama ini Eliza kasih buat bantu kak Abim itu uang dari kamu?” tanya Kalana.

Danny mengangguk, “Iya, tapi gak semua, saya juga sempet jadi partner lah sama perusahaannya dan sedikit ngebantu mereka untuk up.”

“Tetep aja itu mah uang kamu semua.” celetuk Kalana.

Danny tersenyum gemas melihat tingkah Kalana, “Saya tidak terikat pernikahan dengan Eliza, saya tahu saya terlalu bodoh menerima kesepakatan itu tapi sekalipun saya menyesal itu tidak akan merubah apa-apa.”

Kalana melamun, ia terlalu kaget mendengar penjelasan ini.

“Kak abim tahu gak ya soal ini?” tanya Kalana.

“Saya rasa tidak, Eliza terlalu memanfaatkan keluguan Abimanyu.” jawab Danny.

Pintu ruangan Danny berbunyi dan muncullah seorang anak laki-laki yang bernama Rino berlari ke pelukan Danny.

“Hey jagoan papa.” sapa Danny kepada anaknya.

Rino memandangi Kalana sembari tersenyum, “Hai kakak.”

Kalana salah tingkah dipanggil kakak oleh Rino, “Halo ganteng.”

“Terima kasih.” ucap Danny.

“Loh aku bilang Rino bukan kamu.” ujar Kalana.

“Kan saya papanya jelas gantengnya dari saya dong.” tutur Danny sembari tertawa.

Sudah lumayan lama Kalana berbincang-bincang pada Danny dan Rino, mereka sangat suka kue dan roti yang Kalana bawakan, rasanya senang sekali mendapat pujian dari pembeli.

Kalana pamit pulang karena takut menganggu pekerjaan Danny.

“Bye Rino.” salam Kalana yang memamerkan senyum manisnya itu.

“Kalana terima kasih ya.” ucap Danny.

“Aku yang makasih kak, yaudah kak aku pulang ya.” kata Kalana.

Tangan Danny meraih tangan kiri Kalana, “Jangan senyum kaya gitu lagi di depan saya, bahaya.”

Kalana termenung sesaat sedangkan Danny sudah berjalan berlawanan arah dengan Kalana, ini aneh mengapa pipi Kalana terasa panas ya?