#Terbengkalai

Kini Abimanyu sudah sampai di lokasi yang diberitahu Arumi, sebuah gedung tua yang terlihat kumuh seperti tak terurus.

Suasana sangat mencekam bulu kuduk Abimanyu berdiri, dengan langkah kaki yang berat Abimanyu memasuki gedung tersebut.

“Widih pahlawannya dateng nih.” ucap seseorang yang tiba-tiba muncul di belakang Abimanyu.

Abimanyu mematung ketika melihat perempuannya tergeletak tak berdaya.

“Lo ngapain?” tanya Abimanyu pada orang itu.

“Gue?” tanya orang itu menunjuk dirinya, “Gue ya nemenin cewek lo lah.”

“Eliza mana?” tanya Abimanyu yang maju mendekati sosok itu.

Pergelangan tangan Abimanyu tertahan, “Halo sayang.”

Abimanyu menoleh kearah suara itu berasal, “Lo apain cewek gue li?”

“Jangan marah-marah lah.” ucap Eliza sang dalang dibalik semuanya.

“LO APAIN CEWEK GUE!” bentak Abimanyu.

Samar-samar Kalana melihat Abimanyu yang sedang marah besar kepada Eliza, pusing sekali rasanya kepala Kalana.

“Cewek lo lemah banget bim, masa gue pukul sedikit aja pingsan.” tutur Eliza tanpa rasa bersalahnya.

“Brengsek lo berdua.” murka Abimanyu mendekati lelaki yang membantu Eliza.

Bugh

Suara pukulan keras yang berasal dari Abimanyu untuk laki-laki tersebut, Kalana yang sedikit tersadar kini terkejut melihat sang pacar memukuli laki-laki itu habis-habisan, pasalnya ia baru pertama kali melihat Abimanyu semarah ini pada orang.

Eliza yang melihat Abimanyu memukuli partnernya pun berusaha melerai mereka.

“BIM GILA UDAH,” teriak Eliza.

“INI TERJADI KARENA LO, SEMUA KARENA LO ABIMANYU, GUE SAYANG LO TAPI LO LEBIH MILIH CEWEK MURAHAN INI ABIMANYU.” marah Eliza sembari menunjuk ke arah Kalana yang pura-pura belum sadar.

“Jangan lo sebut Kalana cewek murahan di depan gue karena yang murahan itu diri lo sendiri Eliza.” hardik Abimanyu.

“Dan lo, jangan karena cinta lo mau nurutin apa kata Eliza, kalo cinta jangan sampai mau dibodoh-bodohin” ucap Abimanyu sembari menunjuk laki-laki yang kini mukanya banyak luka.

Abimanyu mendekat ke arah Kalana, ia ingin menggendong perempuannya dan membawa kembali ke rumah. Namun, baru selangkah Abimanyu berjalan ke arah Kalana, Kalana tiba-tiba membuka matanya dan berteriak, “KAK ABIM AWAS!”

Bugh

Pukulan keras yang berasal dari kayu panjang membuat Abimanyu tergeletak tak berdaya, darah segar bewarna merah mengalir deras dari kepala Abimanyu.