#Lebih Jujur
Langit hari ini terlihat sangat cerah dan terik, di sepanjang jalan banyak orang yang menggoyangkan tangannya agar menghasilkan angin karena terlalu panasnya hari ini.
Kalana sudah sampai di kantor milik Danny, lelaki tampan yang memiliki dua anak kembar dari Eliza—musuhnya Kalana.
“Hai,” sapa Danny sembari mengangkat tangannya mengisyaratkan agar Kalana tahu di mana ia berada.
“Loh, banyak banget.” ucap Danny ketika melihat makanan yang dibawa Kalana.
“Gapapa, biar kamu sama Rino cobain hehe.” kata Kalana sembari duduk.
“Mau ngomongin di ruangan saya atau di sini aja?” tanya Kalana.
“Ruangan kamu, bisa?” tanya balik Kalana.
Danny mengangguk dan segera berjalan mendahului Kalana.
“Pakai lift ini aja biar langsung ke ruangan saya.” ujar Danny.
Kalana hanya mengekor pada Danny, dari ia datang sampai ia masuk ke lift bersama Danny semua mata memandang ke arah mereka dengan tatapan seperti merendahkan bahkan Kalana sempat mendengar salah satu karyawan bergunjing tentangnya.
“Kamu sering bawa cewek ke sini kah?” tanya Kalana pelan.
“Gak,” jawab Danny, “kenapa?”
“Gapapa.” jawab Kalana.
“Duduk!” suruh Danny.
Kalana duduk di sofa, ruangan ini bisa dibilang luas karena masih banyak space yang kosong.
“Saya dan Eliza tidak berpacaran,” tutur Danny.
Kalana hanya diam menunggu perkataan selanjutnya.
“Saya dan dia berada di suatu kesepakatan, pada saat itu saya harus memiliki anak laki-laki untuk mendapatkan hak perusahaan daddy saya, saya bertemu dengan Eliza dan membuat kesepakatan bersamanya.” jelas Danny.
“Kesepakatan apa?” bingung Kalana.
“Saya harus memberi uang semau dia dan dia akan lakukan itu untuk saya, sejauh itu saya belum tau kalau dia punya pacar dan mau melakukan itu demi terlihat baik oleh pacarnya,” jawab Danny.
“Abimanyu, pacarnya dia saat itu.” sambung Danny.
“Uang? jadi maksud kamu uang yang selama ini Eliza kasih buat bantu kak Abim itu uang dari kamu?” tanya Kalana.
Danny mengangguk, “Iya, tapi gak semua, saya juga sempet jadi partner lah sama perusahaannya dan sedikit ngebantu mereka untuk up.”
“Tetep aja itu mah uang kamu semua.” celetuk Kalana.
Danny tersenyum gemas melihat tingkah Kalana, “Saya tidak terikat pernikahan dengan Eliza, saya tahu saya terlalu bodoh menerima kesepakatan itu tapi sekalipun saya menyesal itu tidak akan merubah apa-apa.”
Kalana melamun, ia terlalu kaget mendengar penjelasan ini.
“Kak abim tahu gak ya soal ini?” tanya Kalana.
“Saya rasa tidak, Eliza terlalu memanfaatkan keluguan Abimanyu.” jawab Danny.
Pintu ruangan Danny berbunyi dan muncullah seorang anak laki-laki yang bernama Rino berlari ke pelukan Danny.
“Hey jagoan papa.” sapa Danny kepada anaknya.
Rino memandangi Kalana sembari tersenyum, “Hai kakak.”
Kalana salah tingkah dipanggil kakak oleh Rino, “Halo ganteng.”
“Terima kasih.” ucap Danny.
“Loh aku bilang Rino bukan kamu.” ujar Kalana.
“Kan saya papanya jelas gantengnya dari saya dong.” tutur Danny sembari tertawa.
Sudah lumayan lama Kalana berbincang-bincang pada Danny dan Rino, mereka sangat suka kue dan roti yang Kalana bawakan, rasanya senang sekali mendapat pujian dari pembeli.
Kalana pamit pulang karena takut menganggu pekerjaan Danny.
“Bye Rino.” salam Kalana yang memamerkan senyum manisnya itu.
“Kalana terima kasih ya.” ucap Danny.
“Aku yang makasih kak, yaudah kak aku pulang ya.” kata Kalana.
Tangan Danny meraih tangan kiri Kalana, “Jangan senyum kaya gitu lagi di depan saya, bahaya.”
Kalana termenung sesaat sedangkan Danny sudah berjalan berlawanan arah dengan Kalana, ini aneh mengapa pipi Kalana terasa panas ya?