uwooskyes

Berbincang

#Berbincang manis

Kalana tahu betul bahwa abangnya menyuruh untuk kebawah sudah pasti ingin memberi wejangan dan bekal untuk Kalana.

Gazi menepuk-nepuk sofa mengisyaratkan agar Kalana duduk di dekatnya, “Sini.”

“Apa?” tanya Kalana.

“Kamu udah yakin sama pilihan kamu?” tanya Gazi.

Kalana mengangguk dan memejamkan matanya sepuluh detik, “Yakin dong.”

“Kamu tahu kan masalah apa yang akan nanti kamu hadapin?” tanya Gazi lagi.

“Entah itu masalah yang sama dengan apa yang kamu lihat dari mama papa atau mungkin juga masalah baru yang akan kamu rasain nanti.” lanjut Gazi.

“Aku udah siap lahir batin dengan apapun itu bang,” ucap Kalana, “bukannya kalo kita cinta sama seseorang itu kita akan menerima resiko apapun itu terhadap hubungan kita?”

“Iya bener, kamu harus siap mau dengan masalah yang kecil atau pun besar banget.” jawab Gazi mengelus kepala adik kecilnya itu.

“Abang mau tinggal bareng aku nanti?” tanya Kalana.

Gazi menatap adiknya itu, “Gak, abang tinggal sendiri aja gapapa, abang mau kamu berbakti sama suami kamu nanti.”

Air mata Kalana menggenang, “Abang, maaf ya aku duluan.”

Gazi paham Kalana pasti merasa bersalah karena ia akan meninggalkan abang satu-satunya itu.

Gazi mengelus kepala Kalana dan menuntun agar menempel dibahu lebar milik Gazi, “Gapapa asal kamu bahagia dan seneng ngejalaninnya.”

Air mata Kalana membasahi pipinya, “Aku sebenarnya takut ngejalanin hubungan yang lebih serius bang, aku takut berakhir kaya mama papa.”

“Jangan takut untuk memulai hal baik Kalana, kamu tau kan kalo nikah itu ibadah diagama kita, dan abang yakin kalo apa yang kita mulai dengan baik dan memiliki niat yang baik inshaallah dilancarkan sama Allah.” papar Gazi.

Kalana menyembunyikan wajahnya di antara kepala dan bahu Gazi, sungguh ia akan merindukan hal-hal kecil bersama Gazi.

“Jangan nangis dong,” tutur lembut Gazi yang memeluk Kalana.

“Abang ada di rumah ini ya Kalana, abang gak akan pergi kemana-mana, kalo Abimanyu jahat Kalana pulang ke sini ya, kalo Abimanyu nakal bilang abang ya Kalana.” tambah Gazi mencium kepala Kalana.

Tangisan Kalana semakin menjadi-jadi karena Gazi, Kalana bangga sekali memiliki abang seperti Gazi. Dari dahulu Gazi selalu menjaga Kalana dari semua orang yang memiliki niat jahat kepada dirinya, Gazi adalah orang no 1 yang akan maju ketika Kalana diganggu oleh teman-temannya, bahkan sampai sekarang pun Gazi selalu memprioritaskan Kalana dibanding dirinya.

Waktu mereka memutuskan untuk keluar dari rumah ini, Gazi lah yang mencari uang untuk mereka bertahan hidup, Gazi memaksa Kalana untuk tetap kuliah walaupun Gazi tahu uang yang ia hasilkan itu sangat kurang untuk membiayai Kalana kuliah, Gazi selalu membawa makanan tiap ia pulang kerja karena ia tahu Kalana belum makan seharian, Gazi selalu berjaga malam agar Kalana bisa tidur nyenyak, Gazi selalu melindungi dan menjaga Kalana sedari ia kecil sampai sekarang pun.

Kalana harus bersyukur bahwa kenyataannya Kalana memiliki orang-orang yang sangat menyayangi dirinya, dari Gazi, Arumi, Abimanyu, Jauzan, dan ibu Abimanyu. Mereka selalu menyayangi Kalana dan memperlakukan Kalana dengan baik sehingga Kalana tidak pernah merasa ia kesepian.