uwooskyes

#K.A01

“Misi, sanaan dong.” ucap Abimanyu yang tiba-tiba datang.

Fauzan terkejut melihat Abimanyu yang meminta dirinya geser, “Lah bang lu ngapain sih.”

“Emang ada larangan?” tanya Abimanyu.

“Ya kagak ada tapi bangku di sana masih kosong.” kesal Fauzan.

“Gabung lah, Kalana aja nyantai.” ucap Abimanyu.

“Ck.” gumam Fauzan.

Kalana menatap mereka yang bertengkar, “Udah udah, Kakak mau makan apa?”

“Giliran dia aja lu tawarin, nih gue daritadi kagak ditawarin malah disuruh ambil sendiri.” ketus Fauzan.

“Iri aje lu.” ujar Kalana.

“Mau kaya biasa.” ucap Abimanyu.

Setelah mengucap itu Kalana langsung pergi untuk menyiapkan pesanan Abimanyu.

Abimanyu mendekati Fauzan, “Ngapain lu ke sini?”

“Nih lu kagak liat bang? ngerjain tugas tuh.” jawab Fauzan.

“Balik!” suruh Abimanyu.

“Kagak.” ucap Fauzan.

“Tugas lu gue yang kerjain.” kata Abimanyu.

“Kagak mau gue.” kukuh Fauzan.

“Gue udah bilang jan, jangan deketin Kalana.” to the point Abimanyu.

“Gue berusaha kagak ada salahnya bang.” ucap Fauzan.

“Yaudah terserah lu.” pasrah Abimanyu.

Kalana kembali membawa nampan berisi minuman dan pesanan milik Abimanyu.

“Kalian serius banget dah.” ucap Kalana.

“Kalana, gue balik dulu dah ye.” pamit Fauzan.

“Lah tugas lu kan blm selesai.” kata Kalana.

“Gampang,di rumah bisa, yaudah gue cabut duluan kal, bang.” ucap Fauzan berjalan ke arah luar.

Kalana sedikit bingung dengan sikap Fauzan, mengapa ia tiba-tiba ingin pulang cepat padahal Fauzan bilang ia akan berada di toko Kalana sampai tokonya tutup.

#Abin dan Aca

Hari ini Abin berniat untuk pulang ke rumahnya setelah 2 hari menginap di rumah Zee, Zee senang Abin menginap di rumahnya karena ia bisa puas mendengarkan cerita Abin entah cerita hidupnya ataupun cerita cintanya.

Kalau kata Zee, Jiwa itu tidak berprinsip karena sepertinya setengah hidup Jiwa masih berada dimasa lalunya yaitu Dina. Abin terlihat sedikit menyesal membiarkan Jiwa masuk ke dalam hidupnya dan membawa pengaruh besar kepadanya.

“Lo yakin mau pulang?” tanya Zee sambil membawa minuman untuk Abin dan dirinya.

“Yakin gak yakin si tapi mau gimana lagi masa gue ninggalin rumah lama-lama banget.” jawab Abin sembari melamun menatap jendela yang terbuka.

“Bin lo gak sendiri, kita ada disini dan kapanpun lo butuhin pasti kita ada.” tutur Zee.

Mata Abin berkaca-kaca seperti ingin menangis, “Gue harus apa ya sama Jiwa,” ucap Abin, “lama-kelamaan kok jadi jauh gini ya gak kerasa udah 6 bulan gue sama dia tapi hubungan kita berubah 2 bulan belakangan ini entah karena apa gue juga bingung Zee.”

Zee memeluk Abin, “Lo gak ada salah apapun ya bin udah jangan nangis jangan dipikirin dulu.”

Aca yang melihat itu menjadi geram kepada Jiwa,dari awal harusnya ia jujur pada Jiwa dan teman-temannya bahwa Abin adalah bagian dari masa lalu Aca.


Flashback

Aca yang baru pulang ospek SMA nya dibuat kesal karena kelakuan temannya Zee yaitu Abin dan Odine, mereka berdua mendengarkan musik dengan volume yang sangat keras dan itu menganggu Aca makanya Aca marah-marah ke mereka berdua.

“Zelda, bisa gak si suruh temen lo diem.” bentak Aca yang kini berdiri di depan pintu kamar Zee.

Zee yang hanya pasrah saat Aca marah seperti itu, “Tuhkan lo si bedua gue kan yang diomelin.”

Odine dan Abin merasa bersalah kepada Zee, lalu dengan keberanian yang ada Abin menemui Aca untuk meminta maaf langsung padanya, “Sorry ya kita berisik kalo mau ngomelin jangan ngomelin Zee tapi omelin gue aja.”

Setelah Abin berbicara itu Aca langsung pergi entah kemana dan mereka kembali bermain lagi.

Hampir setiap hari Odine dan Abin bermain ke rumah Zee, tapi ada suatu hari dimana Abin tidak bermain bersama Zee dan Odine selama dua minggu penuh dan Aca merasa kesepian karena tidak mendengar suara tegas yang terkadang lucu milik Abin. Aca terkejut setelah Zee memberitahu bahwa Abin baru kehilangan 2 orang tersayangnya dalam waktu yang dekat.

“Zee ayo.” ajak Aca yang wajahnya terlihat panik dan khawatir.

Zee bingung melihat kembarannya seperti itu, “Ngapain dah?”

“Ayo ke rumah Abin.” kata Aca.

“Telat ih gue udah ke rumahnya.” ucap Zee.

Aca terlihat seperti orang menyesal entah kenapa Aca sedih melihat Abin yang kehilangan 2 orang sekaligus.

Beberapa bulan setelah itu, Aca menyadari bahwa ia memiliki perasaan lebih kepada Abin karena Abin terlalu sering bermain bersama Zee yang otomatis sering juga bertemu dengan Aca. Abin memang cuek dan tegas sekali orangnya,agak susah bagi Aca untuk mendekati Abin namun akhirnya tembok Abin runtuh walaupun berakhir dengan Aca yang ditolak oleh Abin, karena Odine menyukai Aca dan Abin tidak mau Odine merasa sakit hati karena Abin menerima Aca.

“Maaf ca, Odine lebih pantes sama lo,” ucap Abin, “lupain gue dan setelah ini anggap aja kita kaya baru kenal ya,maaf sekali lagi.” tutur Abin sembari meninggalkan Aca sendirian di teras rumahnya.

Itulah kata-kata terakhir yang Abin ucapkan untuk Aca sebelum Abin akhirnya benar-benar pergi dari hadapan Aca.

#Tentang;kepergian dan penyesalan

“Jinan, kamu mau kemana?” teriak Shila saat melihat Jinan terburu-buru meninggalkan tempat ini.

Jinan tidak menjawabnya karena ia sudah sangat mengkhawatirkan Aruna yang kini sedang bersama Juna.

Di sisi lain, rumah Aruna terlihat sangat ramai sekali dan terdengar suara tangisan banyak orang, mama Aruna sangat terpukul sekali melihat sekujur tubuh kaku anaknya, ia teringat dengan senyuman Aruna sebelum Aruna pergi meninggalkan dunia ini.

“Ma, nanti Una gak ngerasain sakit lagi dong.” ucap Aruna yang memperlihatkan senyumannya kepada mamanya.

Setelah ia berbicara seperti itu, detak jantung Aruna terlihat sudah tidak ada, mama Aruna sangat tidak menyangka bahwa anaknya pergi secepat ini.

Bugh “MANA ARUNA, ARUNA GUE LO APAIN.” marah Jinan yang baru saja datang dan melihat Juna sedang merokok di warung.

Juna berusaha menahan emosinya agar ia tidak memperkeruh suasana duka yang sedang terjadi, “Kalo lo mau tau lo datengin rumah Aruna.”

Jinan berlari ke arah rumah Aruna, ia terkejut melihat ramainya orang yang sedang menangis.

“Ma, Aruna kenapa?” tanya Jinan kepada mama Aruna.

“Sssaakkiittt, una sakit.” jawab mama Aruna.

Jinan langsung masuk ke rumah melihat jenazah Aruna, Jinan si kuat kini telah hilang dan muncullah Jinan yang sebenarnya lemah tanpa Aruna.

“Run bangun kita belum kesampaian main bareng lagi kan,” ucap Jinan, “maafin gue run maafin gue yang terlihat ngelupain lo padahal gak run gue gak ngelupain lo.”

Jinan menggoyangkan badan Aruna yang kini sudah dilapisi kain putih atau kain kafan, “ARUNA AYO BANGUN RUN GUE YAKIN INI CUMA BECANDAAN LO AJA, LO DIAPAIN JUNA RUN BILANG GUE.”

Jinan terlihat sangat rapuh, ia bahkan sudah tidak bisa berdiri lagi karena tenaga yang ia miliki sudah tidak ada lagi. Jinan selalu mendampingi mama Aruna, Aruna dimakamkan di sebelah makam ayahnya yang sudah meninggal belasan tahun lalu.


Malamnya setelah selesai acara tahlilan, Jinan berniat menginap di rumah Aruna atau bahkan ia juga akan tinggal bersama dengan mama Aruna.

“Aruna sakit dari seminggu yang lalu, dia punya gagal ginjal yang udah lama dia gak obatin ya berakhirnya gini. Gue kenal Aruna karena Yoga suka sama Aruna, Aruna anak yang cantik luar dalem. Gue salut sama dia karena dia bisa sekuat itu ngejalanin sakitnya sendirian tanpa ada yang tau.” ucap Juna yang kini sedang di balkon kamar Aruna bersama Jinan.

“Gue ga tau Aruna sakit, gue jahat banget ya dia sakit aja gue gak tau.” sesal Jinan.

“Lo terlalu sibuk sama Shila. Nan, Shila bukan Aya dan Aya bukan Shila mereka berbeda mau diliat dari manapun mungkin sekilas mirip tapi Shila licik orangnya dan Aya bukan orang yang licik.” ujar Juna.

“Gue, gue udah kehilangan orang yang gue sayang untuk kedua kalinya Jun.” ucap Jinan menunduk merasakan penyeselan yang kini menghantui hidupnya.

“Aruna suka sama lo.” kata Juna tiba-tiba.

Jinan tidak terlihat terkejut, “Gue tau.”

“Gue telat, gue pacarin Shila bukan karena dia mirip Aya tapi gue mau mastiin perasaan yang gue milikin ke Aruna itu apa dan sekarang gue baru sadar kalo gue sangat mencintai Aruna.” jelas Jinan yang mengacak-acak rambutnya.

Juna mematikan rokoknya dan menepuk bahu Jinan, “Gue cabut dulu, kalo butuh gue bilang aja gausah gengsi, lo pernah jadi bagian GoTreasure dan sempet jadi ketua.”

Jinan hanya terdiam membiarkan Juna pergi, setelah Juna pulang Jinan merasakan kehampaan. Memori-memori saat bersama Aruna terputar dipikiran Jinan dengan sendirinya membuat Jinan meneteskan air matanya setelah sekian lama ia tidak menangis dan hari ini ia banyak menangis.

Jinan mengambil bingkai berisi foto mereka berdua yang diambil saat mereka masih duduk dibangku Sekolah Dasar, “Run bahagia ya di sana, gapapa biar mama gue yang jagain. Maaf gue telat sadarin perasaan ini, gue sayang sama lo run bahkan bukan cuma sekadar sayang tapi lebih dari rasa sayang itu,”

“Yang tenang ya run.” ucap terakhir kali Jinan sebelum ia meninggalkan kamar Aruna.

karena kehilangan orang yang kita sayangi untuk selamanya menjadi satu di antara perasaan paling tidak menyenangkan, paling menyedihkan yang dirasakan dalam kehidupan manusia.

Bagi mayoritas orang, kehilangan selamanya orang tersayang meninggalkan luka, kebingungan, dan kesedihan mendalam. Ada yang butuh waktu lama untuk mengikis itu semua, ada pula yang hanya memerlukan waktu singkat. Ketika kamu sedih, lihatlah lagi di dalam hati kamu, dan kamu akan melihat bahwa sebenarnya kamu menangisi apa yang telah membuat kamu bahagia.

Jinan untuk Aruna selamanya dan Aruna untuk Jinan selamanya.

#Tentang;kepergian dan penyesalan

“Jinan, kamu mau kemana?” teriak Shila saat melihat Jinan terburu-buru meninggalkan tempat ini.

Jinan tidak menjawabnya karena ia sudah sangat mengkhawatirkan Aruna yang kini sedang bersama Juna.

Di sisi lain, rumah Aruna terlihat sangat ramai sekali dan terdengar suara tangisan banyak orang, mama Aruna sangat terpukul sekali melihat sekujur tubuh kaku anaknya, ia teringat dengan senyuman Aruna sebelum Aruna pergi meninggalkan dunia ini.

“Ma, nanti Una gak ngerasain sakit lagi dong.” ucap Aruna yang memperlihatkan senyumannya kepada mamanya.

Setelah ia berbicara seperti itu, detak jantung Aruna terlihat sudah tidak ada, mama Aruna sangat tidak menyangka bahwa anaknya pergi secepat ini.

Bugh “MANA ARUNA, ARUNA GUE LO APAIN.” marah Jinan yang baru saja datang dan melihat Juna sedang merokok di warung.

Juna berusaha menahan emosinya agar ia tidak memperkeruh suasana duka yang sedang terjadi, “Kalo lo mau tau lo datengin rumah Aruna.”

Jinan berlari ke arah rumah Aruna, ia terkejut melihat ramainya orang yang sedang menangis.

“Ma, Aruna kenapa?” tanya Jinan kepada mama Aruna.

“Sssaakkiittt, una sakit.” jawab mama Aruna.

Jinan langsung masuk ke rumah melihat jenazah Aruna, Jinan si kuat kini telah hilang dan muncullah Jinan yang sebenarnya lemah tanpa Aruna.

“Run bangun kita belum kesampaian main bareng lagi kan,” ucap Jinan, “maafin gue run maafin gue yang terlihat ngelupain lo padahal gak run gue gak ngelupain lo.”

Jinan menggoyangkan badan Aruna yang kini sudah dilapisi kain putih atau kain kafan, “ARUNA AYO BANGUN RUN GUE YAKIN INI CUMA BECANDAAN LO AJA, LO DIAPAIN JUNA RUN BILANG GUE.”

Jinan terlihat sangat rapuh, ia bahkan sudah tidak bisa berdiri lagi karena tenaga yang ia miliki sudah tidak ada lagi. Jinan selalu mendampingi mama Aruna, Aruna dimakamkan di sebelah makam ayahnya yang sudah meninggal belasan tahun lalu.

∙ ∙ ∙ Malamnya setelah selesai acara tahlilan, Jinan berniat menginap di rumah Aruna atau bahkan ia juga akan tinggal bersama dengan mama Aruna.

“Aruna sakit dari seminggu yang lalu, dia punya gagal ginjal yang udah lama dia gak obatin ya berakhirnya gini. Gue kenal Aruna karena Yoga suka sama Aruna, Aruna anak yang cantik luar dalem. Gue salut sama dia karena dia bisa sekuat itu ngejalanin sakitnya sendirian tanpa ada yang tau.” ucap Juna yang kini sedang di balkon kamar Aruna bersama Jinan.

“Gue ga tau Aruna sakit, gue jahat banget ya dia sakit aja gue gak tau.” sesal Jinan.

“Lo terlalu sibuk sama Shila. Nan, Shila bukan Aya dan Aya bukan Shila mereka berbeda mau diliat dari manapun mungkin sekilas mirip tapi Shila licik orangnya dan Aya bukan orang yang licik.” ujar Juna.

“Gue, gue udah kehilangan orang yang gue sayang untuk kedua kalinya Jun.” ucap Jinan menunduk merasakan penyeselan yang kini menghantui hidupnya.

“Aruna suka sama lo.” kata Juna tiba-tiba.

Jinan tidak terlihat terkejut, “Gue tau.”

“Gue telat, gue pacarin Shila bukan karena dia mirip Aya tapi gue mau mastiin perasaan yang gue milikin ke Aruna itu apa dan sekarang gue baru sadar kalo gue sangat mencintai Aruna.” jelas Jinan yang mengacak-acak rambutnya.

Juna mematikan rokoknya dan menepuk bahu Jinan, “Gue cabut dulu, kalo butuh gue bilang aja gausah gengsi, lo pernah jadi bagian GoTreasure dan sempet jadi ketua.”

Jinan hanya terdiam membiarkan Juna pergi, setelah Juna pulang Jinan merasakan kehampaan. Memori-memori saat bersama Aruna terputar dipikiran Jinan dengan sendirinya membuat Jinan meneteskan air matanya setelah sekian lama ia tidak menangis dan hari ini ia banyak menangis.

Jinan mengambil bingkai berisi foto mereka berdua yang diambil saat mereka masih duduk dibangku Sekolah Dasar, “Run bahagia ya di sana, gapapa biar mama gue yang jagain. Maaf gue telat sadarin perasaan ini, gue sayang sama lo run bahkan bukan cuma sekadar sayang tapi lebih dari rasa sayang itu,”

“Yang tenang ya run.” ucap terakhir kali Jinan sebelum ia meninggalkan kamar Aruna.

karena kehilangan orang yang kita sayangi untuk selamanya menjadi satu di antara perasaan paling tidak menyenangkan, paling menyedihkan yang dirasakan dalam kehidupan manusia.

Bagi mayoritas orang, kehilangan selamanya orang tersayang meninggalkan luka, kebingungan, dan kesedihan mendalam. Ada yang butuh waktu lama untuk mengikis itu semua, ada pula yang hanya memerlukan waktu singkat. Ketika kamu sedih, lihatlah lagi di dalam hati kamu, dan kamu akan melihat bahwa sebenarnya kamu menangisi apa yang telah membuat kamu bahagia.

Jinan untuk Aruna selamanya dan Aruna untuk Jinan selamanya.

#Capek

pov Atha

Ini jam 9 malem dan rumah udah kerasa sepi banget, ya emang gitu dah kalo udah lewat dari jam 7 pasti udah sepi banget. Gue masuk rumah tanpa ngetuk karena gue bawa kunci cadangan yang emang gue simpen, gue pikir orang rumah udah tidur taunya mereka lagi ada di ruang tamu.

“Abang Athaaaaaaa.” teriak kegirangan adek gue, Kaysha Naura namanya.

Ibu langsung nengok ke arah gue, “Inget rumah kamu ri?”

Kan udah gue bilang pasti ribut, selalu ribut tiap gue pulang ke rumah, adek gue lari kepelukan gue.

Gue natap kearah Naura yang lagi mainin tangan gue, “Nau, mainnya besok aja ya abang ngantuk.”

“Kalo kamu pulang cuma buat tidur mending gak usah pulang kamu ri.”

“Nau mau tidur sama abang, boleh ga?”

Ibu gue jalan ke arah kita dan narik Naura secara kasar sambil nunjuk-nunjuk gue, “Kamu gak boleh tidur sama dia, ayuk sekarang tidur.”

“Ibu, Naura mau tidur sama abang.” Naura nangis waktu ditarik sama Ibu dan ditambah dia gak boleh tidur bareng sama gue.

Padahal gue gapapa kalo tidur bareng Naura toh Naura adik gue juga.

Setelah gue masuk kamar tiba-tiba pintu gue diketuk sama Ibu.

“Berhenti jadi artis yang tidak jelas itu.”

Gue ga kaget udah biasa Ibu nyuruh gue berhenti dengan pekerjaan gue yang sekarang ini dengan alasan kalo kerja kaya gini itu musiman atau ya ga akan terus ada di atas.

“Mau Ibu nyuruh Riga berkali-kali pun Riga ga akan berhenti bu.”

“Kamu tuh mau nya bagaimana sih, Ibu beritahu kamu agar tidak terjebak dengan pekerjaan tidak jelas itu masih saja mau bekerja dengan pekerjaan itu,”

“Mau sampai kapan ri hidup kita seperti ini.”

“Bu, Riga selalu kasih uang bulanan untuk Ibu kenapa Ibu ga pake buat benerin rumah ini,”

“Kenapa Ibu selalu nolak uang dari Riga bu.”

“Tidak ada alasan untuk Ibu menerima uang dari pekerjaan itu.”

“Riga ga akan berhenti dari pekerjaan itu.”

“Memang ya kelakuan mu dengan ayah mu sangat mirip, setelah nanti kamu keluar dari rumah ini jangan harap kamu akan bisa kembali pulang ke rumah ini.”

“Oke kalau Ibu mau begitu, Nau Riga bawa.”

“Silakan bawa anak kecil tidak berguna itu.”

Setelah ngomong itu, Ibu keluar dengan mimik wajah yang marah banget kaya lagi mau nerkam gue.

#Capek

pov Atha

Ini jam 9 malem dan rumah udah kerasa sepi banget, ya emang gitu dah kalo udah lewat dari jam 7 pasti udah sepi banget. Gue masuk rumah tanpa ngetuk karena gue bawa kunci cadangan yang emang gue simpen, gue pikir orang rumah udah tidur taunya mereka lagi ada di ruang tamu.

“Abang Athaaaaaaa.” teriak kegirangan adek gue, Kaysha Naura namanya.

Ibu langsung nengok ke arah gue, “Inget rumah kamu ri?”

Kan udah gue bilang pasti ribut, selalu ribut tiap gue pulang ke rumah, adek gue lari kepelukan gue.

Gue natap kearah Naura yang lagi mainin tangan gue, “Nau, mainnya besok aja ya abang ngantuk.”

“Kalo kamu pulang cuma buat tidur mending gak usah pulang kamu ri.”

“Nau mau tidur sama abang, boleh ga?”

Ibu gue jalan ke arah kita dan narik Naura secara kasar sambil nunjuk-nunjuk gue, “Kamu gak boleh tidur sama dia, ayuk sekarang tidur.”

“Ibu, Naura mau tidur sama abang.” Naura nangis waktu ditarik sama Ibu dan ditambah dia gak boleh tidur bareng sama gue.

Padahal gue gapapa kalo tidur bareng Naura toh Naura adik gue juga, walaupun adik tiri.

Setelah gue masuk kamar tiba-tiba pintu gue diketuk sama Ibu.

“Berhenti jadi artis yang tidak jelas itu.”

Gue ga kaget udah biasa Ibu nyuruh gue berhenti dengan pekerjaan gue yang sekarang ini dengan alasan kalo kerja kaya gini itu musiman atau ya ga akan terus ada di atas.

“Mau Ibu nyuruh Riga berkali-kali pun Riga ga akan berhenti bu.”

“Kamu tuh mau nya bagaimana sih, Ibu beritahu kamu agar tidak terjebak dengan pekerjaan tidak jelas itu masih saja mau bekerja dengan pekerjaan itu,”

“Mau sampai kapan ri hidup kita seperti ini.”

“Bu, Riga selalu kasih uang bulanan untuk Ibu kenapa Ibu ga pake buat benerin rumah ini,”

“Kenapa Ibu selalu nolak uang dari Riga bu.”

“Tidak ada alasan untuk Ibu menerima uang dari pekerjaan itu.”

“Riga ga akan berhenti dari pekerjaan itu.”

“Memang ya kelakuan mu dengan ayah mu sangat mirip, setelah nanti kamu keluar dari rumah ini jangan harap kamu akan bisa kembali pulang ke rumah ini.”

“Oke kalau Ibu mau begitu, Nau Riga bawa.”

“Silakan bawa anak kecil tidak berguna itu.”

Setelah ngomong itu, Ibu keluar dengan mimik wajah yang marah banget kaya lagi mau nerkam gue.

#Tempat ini

“Bude, mau satu dong kaya biasa ya.” pinta Abin.

Bude menatap Abin, “Eneng kemana aja atuh udah lama gak main ke sini.”

Abin tersenyum, “Hehe, kalo ke sini nanti keinget seseorang.”

Bude tersenyum seakan paham dengan keadaannya Abin, “Ya sudah tunggu ya neng.”

Abin memperhatikan sekelilingnya untuk melihat tempat duduk yang kosong dan hanya ada satu tempat yang kosong, tempat makan ini selalu ramai tak kenal waktu karena kebetulan bude menjualnya dari pagi sampai malam atau terkadang hanya pagi dan malam.

Nasi uduk milik Abin sudah datang, ia menatap nasi uduk itu dengan perasaan campur aduk, setelah sekian lama ia tidak makan di tempat ini karena terlalu takut menghadapi kenyataan bahwa tempat ini juga membekas diingatan Abin dan sekarang ia memberanikan diri untuk datang agar ia bisa damai dengan dirinya.

“Halo bude, tambah rame aja ni.” ucap seseorang yang baru saja datang.

Abin mengenali suara itu, ia mencari keberadaan suara tersebut sampai akhirnya mata mereka saling bertemu dan mereka berdua saling merasakan perasaan yang sama yaitu rindu yang mendalam.

#Athalla

Sekarang jam menunjukkan pukul 01.25 AM, Athalla memang terbilang sering berkunjung ke apartement milik Asha entah hanya main ataupun menginap, Athalla dan Asha kenal saat ospek jurusan kuliahnya yang dimana waktu itu Athalla sedang hits-hitsnya menjadi pendatang baru diindustri hiburan, disaat orang lain tergila-gila karena satu kampus dengan seorang bintang baru berbeda pada Asha, Asha tidak lagi terkejut setelah tahu ia sekampus bahkan satu jurusan dengan lelaki itu karena Asha sudah tahu lebih dahulu dari papanya yaitu Danny Adithamana CEO agensi Athalla.

Sampai sekarang Athalla atau bahkan teman-temannya yang lain tidak ada yang tahu bahwa Asha adalah anak dari CEO D.A ENTERTAINMENT kecuali Adiva, teman SMA nya Asha.

Athalla berbaring di sofa milik Asha, “Tha mandi dulu gih bersihin badan, gue mau siapin hot choco dulu.”

Athalla beranjak dari sofa tersebut dan menuju ke kamar tamu, disisi lain Asha sedang menyiapkan hot choco milik Athalla. Mereka ini hanya teman, Athalla merasa nyaman pada Asha karena ia tidak pernah diperhatikan sebegitunya pada orang terdekatnya, Athalla itu sulit untuk didekati namun jika sudah dekat Athalla akan terbuka sendirinya. Asha ini adalah teman yang baik menurut Athalla karena dihari pertama mereka bertemu Asha lah yang menyelamatkan Athalla dari segerombolan fans fanatiknya di kampus.

“Sha, tidur gih.” ucap Athalla yang duduk di hadapan Asha.

Asha mengangkat kepalanya, “Hmmm gapapa?”

Athalla tersenyum, “Nanti gue tidur, abis ini tenang aja.”

Jari jempol Asha mengudara yang artinya 'Oke', “Besok gue libur jangan bangunin gue ya Sha.”

“Iya iyaa, yauda gue tidur duluan.” kata Asha sebelum menutup pintu kamarnya.

Malam ini sering terjadi sebelumnya namun hati Asha masih belum siap menerima perlakuan Athalla yang seperti itu.

#Tentang masa lalu

Haikal Permono, nama laki-laki yang aku temui 12 tahun lalu. Kita pertama kali bertemu dibangku Sekolah Dasar, namun kita mulai berteman pada kelas 4 SD sampai akhirnya kelulusan SD. Dan ternyata kita bertemu kembali saat SMP. Sayangnya, kita beda kelas saat itu. Dulu Haikal anak yang langganan keluar masuk ruang BK karena ia memang senakal itu, selalu ikut tawuran, pulang sekolah nongkrong dulu sama teman-temannya bahkan kadang pulangnya malem. Aku selalu khawatir kalau Haikal mendapat masalah dari sekolah apalagi kalau ia sampai mendapatkan surat peringatan atau hukuman skors.

Kita selalu menganggap bahwa kita bersahabatan, aku sudah menganggap Haikal seperti abang aku sendiri dan sebaliknya. Sampai akhirnya ada satu kejadian yang membuat kita sadar bahwa ternyata kita memiliki perasaan terpendam selama ini. Kejadiannya itu oktober sehari setelah ulang tahun Haikal, Haikal mendapatkan masalah dari sekolah dan ia dikenakan hukuman skors selama 14 hari, tentu saja itu membuat ku sangat khawatir dan sedih karena sebenarnya aku tahu Haikal bukan orang yang seperti itu. Beberapa hari setelah kejadian itu aku minta tolong sama Haikal untuk menemani aku pergi ke salah satu mall yang ada di Jakarta, awalnya kita senang-senang, tertawa bersama bahkan aku merasakan kenyamanan pada Haikal, setelah dirasa cukup akhirnya kita memutuskan untuk pulang, di perjalanan aku terlihat murung karena memikirkan nasib Haikal, jika ia tidak mendapat hukuman skors maka yang ia dapatkan adalah dikeluarkan dari sekolah, rasanya sedih sekali kalau mengingat ini karena aku baru melihat sisi Haikal yang lain yaitu sosoknya yang rapuh. Malam itu kita menangis bersama, aku menangisi Haikal dan Haikal menangisi aku. Kejadian itu sangat membekas dihidup ku.

Lalu pada tanggal 9 Desember 2017, Haikal ingin bertemu pada ku ia bilang ada yang ingin ia bicarakan. Saat itu aku juga sedang bermain dengan teman SD ku yang dimana Haikal juga berteman. Sesampainya Haikal di rumah ku ia langsung mendekat padaku dan berbisik, “Kamu mau gak jadi teman hidup aku?”

Haikal mengucapkan itu tepat ditelingaku, Haikal mengungkapkan perasaannya secara langsung sungguh aku tidak berekspektasi seperti ini karena aku pikir ia akan membicarakan hal lain. Tanpa berlama-lama aku menjawab, “Iya aku mau.”

Kita menjalanin hubungan yang awalnya hanya sekadar sahabat namun ternyata kita sama-sama memendam perasaan yang sama selama bertahun-tahun kita kenal. Bulan ke bulan hubungan kita lancar-lancar saja bahkan kita sudah melewatkan satu tahunan kita pacaran. Sayangnya, setelah lulus SMP kita harus menjalani hubungan dengan lingkungan yang berbeda karena kita tidak satu sekolahan lagi seperti yang lalu-lalu.

Awalnya hubungan kita baik-baik saja namun lama-kelamaan aku makin sadar bahwa Haikal sudah berubah, tidak ada lagi Haikal yang akan menyempatkan waktu untuk bertemu selelah-lelahnya ia pasti akan menyempatkan bertemu, tidak ada lagi Haikal yang suka mengajak aku teleponan malam-malam, tidak ada lagi Haikal yang suka random sekali memposting foto ku, intinya ia sudah sangat berubah, itu bukan Haikal ku entah kemana Haikal yang asli pada saat itu.

Di bulan November 2018, Haikal bilang ke aku bahwa ia ingin pergi bersama teman-temannya ke salah satu rekreasi wisata di daerah Pasar Minggu, aku hanya menjawab seadanya karena sebenarnya aku sudah mencurigai Haikal dan salah satu teman perempuan Haikal tapi aku pikir aku mungkin salah perkiraan maka dari itu aku iyakan saja omongam Haikal itu, saat Haikal pergi bersama teman-temannya Haikal tidak membalas chat ku sama sekali, aku hanya menanyakan apakah ia sudah makan atau semacamnya namun Haikal tidak membalas padahal ia online saat itu. Tiba-tiba pikiran ku sudah tidak bisa berpikir positif tentang Haikal, saat aku liat story salah satu temannya Haikal yang instagramnya follow-followan dengan ku itu rasanya sakit sekali, aku melihat Haikal sedang menaik sepeda bersama perempuan lain, Gizasya Resha namanya.

Aku kenal Giza,Giza tahu aku dan Haikal berpacaran seharusnya ia lebih mementingkan perasaan ku apalagi aku dan Giza sama-sama perempuan yang seharusnya sudah saling mengerti, semenjak itu kecurigaan ku makin menjadi apalagi ditambah Haikal yang makin susah untuk ketemu bahkan sekadar balas chat ku saja lama sekalinya balas ia baru pulang main dan ia memilih untuk tidur entah itu tidur benaran atau malah dia teleponan sama Giza.

Ternyata benar Haikal sedang menyukai Giza dan Gizapun sebaliknya, aku tahu tapi aku hanya bisa diam entah harus bagaimana pada saat itu. Haikal memutuskan hubungannya dengan aku, mungkin ia lebih memilih Giza tapi yang aku lakukan hanya mengiyakan kemauan Haikal tanpa menahannya.

Karena itu aku punya trauma sama tempat yang dikunjungi Haikal, benda yang ia naiki bersama Giza, dan Giza.

Aku tidak menyalahkan Giza sepenuhnya karena Haikal pun salah tapi rasanya sakit sekali Aku percaya dengan Giza dan Haikal percaya bahwa mereka tidak akan memiliki hubungan lebih di belakangku tapi ternyata aku salah percaya dengan mereka berdua.

Sejak saat itu aku jadi selalu menyalahkan diri sendiri,selalu membanding-bandingkan diriku,insecure parah,aku memiliki trust issue,aku selalu mikir negatif terus menerus perihal diriku sendiri. Akhir tahun 2018 ku sangat berat sekali karena melihat laki-laki yang aku cintai ternyata memilih perempuan yang baru ia kenal dibanding aku.

Bahkan aku sempat memberi kesempatan untuk Haikal namun tetap sama,ia selalu memprioritaskan Giza diatas aku padahal aku yang pacarnya. Dan kita kembali putus untuk yang kedua kalinya.

Sebagian orang berfikir bahwa bergandengan akan membuat kita kuat, tapi terkadang kita harus saling melepaskan. Tidak ada yang lebih buruk, melihat mereka berdua bersama-sama dan hal tersulit yang pernah aku lakukan adalah pergi dengan tetap mencintaimu. Kamu tidak akan tahu seberapa berharganya sesuatu sampai kamu benar benar kehilangannya. Terkadang kita harus merelakan sesuatu hal bukan karena kita menyerah tapi mengerti bahwa ada hal yang tidak bisa dipaksakan.

#Zillan

Gue Zillan,gue ini mahasiswa tingkat akhir yang bentar lagi lulus dan gue juga kakak tingkatnya Dhefin. Abin ini incaran cowok-cowok kampus biasa dah mereka norak kaya gak pernah liat cewe secantik Abin,tapi gak ada yang berani deketin dia karena katanya Abin itu kelewat judes+galak padahal aslinya biasa aja malah kebalikannya dari rumor itu.

Pertemuan pertama kita bisa dibilang sial kali ya karena kita sama-sama lagi sedih bahkan gue dan dia nangis bareng,percaya gak? percayain aja lah. Mantan gue kuliah di luar negeri sama halnya kaya Abin,mantannya itu juga kuliah di luar negeri kan.

Setelah kejadian memalukan itu gue pikir kita gak akan ketemu lagi tapi ternyata kita ketemu lagi di lobby kampus. Gue malu mampus ketemu dia karena gue yang lebih menyedihkan waktu itu dibanding dia,dari situ lah kita jadi deket dan perlahan-lahan saling terbuka.

Sayangnya,gue gagal bikin Abin move on sama cowok itu karena apapun yang terjadi tetep cowok itu pemenangnya.