#Tentang;kepergian dan penyesalan
“Jinan, kamu mau kemana?” teriak Shila saat melihat Jinan terburu-buru meninggalkan tempat ini.
Jinan tidak menjawabnya karena ia sudah sangat mengkhawatirkan Aruna yang kini sedang bersama Juna.
Di sisi lain, rumah Aruna terlihat sangat ramai sekali dan terdengar suara tangisan banyak orang, mama Aruna sangat terpukul sekali melihat sekujur tubuh kaku anaknya, ia teringat dengan senyuman Aruna sebelum Aruna pergi meninggalkan dunia ini.
“Ma, nanti Una gak ngerasain sakit lagi dong.” ucap Aruna yang memperlihatkan senyumannya kepada mamanya.
Setelah ia berbicara seperti itu, detak jantung Aruna terlihat sudah tidak ada, mama Aruna sangat tidak menyangka bahwa anaknya pergi secepat ini.
Bugh
“MANA ARUNA, ARUNA GUE LO APAIN.” marah Jinan yang baru saja datang dan melihat Juna sedang merokok di warung.
Juna berusaha menahan emosinya agar ia tidak memperkeruh suasana duka yang sedang terjadi, “Kalo lo mau tau lo datengin rumah Aruna.”
Jinan berlari ke arah rumah Aruna, ia terkejut melihat ramainya orang yang sedang menangis.
“Ma, Aruna kenapa?” tanya Jinan kepada mama Aruna.
“Sssaakkiittt, una sakit.” jawab mama Aruna.
Jinan langsung masuk ke rumah melihat jenazah Aruna, Jinan si kuat kini telah hilang dan muncullah Jinan yang sebenarnya lemah tanpa Aruna.
“Run bangun kita belum kesampaian main bareng lagi kan,” ucap Jinan, “maafin gue run maafin gue yang terlihat ngelupain lo padahal gak run gue gak ngelupain lo.”
Jinan menggoyangkan badan Aruna yang kini sudah dilapisi kain putih atau kain kafan, “ARUNA AYO BANGUN RUN GUE YAKIN INI CUMA BECANDAAN LO AJA, LO DIAPAIN JUNA RUN BILANG GUE.”
Jinan terlihat sangat rapuh, ia bahkan sudah tidak bisa berdiri lagi karena tenaga yang ia miliki sudah tidak ada lagi. Jinan selalu mendampingi mama Aruna, Aruna dimakamkan di sebelah makam ayahnya yang sudah meninggal belasan tahun lalu.
∙ ∙ ∙
Malamnya setelah selesai acara tahlilan, Jinan berniat menginap di rumah Aruna atau bahkan ia juga akan tinggal bersama dengan mama Aruna.
“Aruna sakit dari seminggu yang lalu, dia punya gagal ginjal yang udah lama dia gak obatin ya berakhirnya gini. Gue kenal Aruna karena Yoga suka sama Aruna, Aruna anak yang cantik luar dalem. Gue salut sama dia karena dia bisa sekuat itu ngejalanin sakitnya sendirian tanpa ada yang tau.” ucap Juna yang kini sedang di balkon kamar Aruna bersama Jinan.
“Gue ga tau Aruna sakit, gue jahat banget ya dia sakit aja gue gak tau.” sesal Jinan.
“Lo terlalu sibuk sama Shila. Nan, Shila bukan Aya dan Aya bukan Shila mereka berbeda mau diliat dari manapun mungkin sekilas mirip tapi Shila licik orangnya dan Aya bukan orang yang licik.” ujar Juna.
“Gue, gue udah kehilangan orang yang gue sayang untuk kedua kalinya Jun.” ucap Jinan menunduk merasakan penyeselan yang kini menghantui hidupnya.
“Aruna suka sama lo.” kata Juna tiba-tiba.
Jinan tidak terlihat terkejut, “Gue tau.”
“Gue telat, gue pacarin Shila bukan karena dia mirip Aya tapi gue mau mastiin perasaan yang gue milikin ke Aruna itu apa dan sekarang gue baru sadar kalo gue sangat mencintai Aruna.” jelas Jinan yang mengacak-acak rambutnya.
Juna mematikan rokoknya dan menepuk bahu Jinan, “Gue cabut dulu, kalo butuh gue bilang aja gausah gengsi, lo pernah jadi bagian GoTreasure dan sempet jadi ketua.”
Jinan hanya terdiam membiarkan Juna pergi, setelah Juna pulang Jinan merasakan kehampaan. Memori-memori saat bersama Aruna terputar dipikiran Jinan dengan sendirinya membuat Jinan meneteskan air matanya setelah sekian lama ia tidak menangis dan hari ini ia banyak menangis.
Jinan mengambil bingkai berisi foto mereka berdua yang diambil saat mereka masih duduk dibangku Sekolah Dasar, “Run bahagia ya di sana, gapapa biar mama gue yang jagain. Maaf gue telat sadarin perasaan ini, gue sayang sama lo run bahkan bukan cuma sekadar sayang tapi lebih dari rasa sayang itu,”
“Yang tenang ya run.” ucap terakhir kali Jinan sebelum ia meninggalkan kamar Aruna.
karena kehilangan orang yang kita sayangi untuk selamanya menjadi satu di antara perasaan paling tidak menyenangkan, paling menyedihkan yang dirasakan dalam kehidupan manusia.
Bagi mayoritas orang, kehilangan selamanya orang tersayang meninggalkan luka, kebingungan, dan kesedihan mendalam. Ada yang butuh waktu lama untuk mengikis itu semua, ada pula yang hanya memerlukan waktu singkat. Ketika kamu sedih, lihatlah lagi di dalam hati kamu, dan kamu akan melihat bahwa sebenarnya kamu menangisi apa yang telah membuat kamu bahagia.
Jinan untuk Aruna selamanya dan Aruna untuk Jinan selamanya.