#Tentang masa lalu

Haikal Permono, nama laki-laki yang aku temui 12 tahun lalu. Kita pertama kali bertemu dibangku Sekolah Dasar, namun kita mulai berteman pada kelas 4 SD sampai akhirnya kelulusan SD. Dan ternyata kita bertemu kembali saat SMP. Sayangnya, kita beda kelas saat itu. Dulu Haikal anak yang langganan keluar masuk ruang BK karena ia memang senakal itu, selalu ikut tawuran, pulang sekolah nongkrong dulu sama teman-temannya bahkan kadang pulangnya malem. Aku selalu khawatir kalau Haikal mendapat masalah dari sekolah apalagi kalau ia sampai mendapatkan surat peringatan atau hukuman skors.

Kita selalu menganggap bahwa kita bersahabatan, aku sudah menganggap Haikal seperti abang aku sendiri dan sebaliknya. Sampai akhirnya ada satu kejadian yang membuat kita sadar bahwa ternyata kita memiliki perasaan terpendam selama ini. Kejadiannya itu oktober sehari setelah ulang tahun Haikal, Haikal mendapatkan masalah dari sekolah dan ia dikenakan hukuman skors selama 14 hari, tentu saja itu membuat ku sangat khawatir dan sedih karena sebenarnya aku tahu Haikal bukan orang yang seperti itu. Beberapa hari setelah kejadian itu aku minta tolong sama Haikal untuk menemani aku pergi ke salah satu mall yang ada di Jakarta, awalnya kita senang-senang, tertawa bersama bahkan aku merasakan kenyamanan pada Haikal, setelah dirasa cukup akhirnya kita memutuskan untuk pulang, di perjalanan aku terlihat murung karena memikirkan nasib Haikal, jika ia tidak mendapat hukuman skors maka yang ia dapatkan adalah dikeluarkan dari sekolah, rasanya sedih sekali kalau mengingat ini karena aku baru melihat sisi Haikal yang lain yaitu sosoknya yang rapuh. Malam itu kita menangis bersama, aku menangisi Haikal dan Haikal menangisi aku. Kejadian itu sangat membekas dihidup ku.

Lalu pada tanggal 9 Desember 2017, Haikal ingin bertemu pada ku ia bilang ada yang ingin ia bicarakan. Saat itu aku juga sedang bermain dengan teman SD ku yang dimana Haikal juga berteman. Sesampainya Haikal di rumah ku ia langsung mendekat padaku dan berbisik, “Kamu mau gak jadi teman hidup aku?”

Haikal mengucapkan itu tepat ditelingaku, Haikal mengungkapkan perasaannya secara langsung sungguh aku tidak berekspektasi seperti ini karena aku pikir ia akan membicarakan hal lain. Tanpa berlama-lama aku menjawab, “Iya aku mau.”

Kita menjalanin hubungan yang awalnya hanya sekadar sahabat namun ternyata kita sama-sama memendam perasaan yang sama selama bertahun-tahun kita kenal. Bulan ke bulan hubungan kita lancar-lancar saja bahkan kita sudah melewatkan satu tahunan kita pacaran. Sayangnya, setelah lulus SMP kita harus menjalani hubungan dengan lingkungan yang berbeda karena kita tidak satu sekolahan lagi seperti yang lalu-lalu.

Awalnya hubungan kita baik-baik saja namun lama-kelamaan aku makin sadar bahwa Haikal sudah berubah, tidak ada lagi Haikal yang akan menyempatkan waktu untuk bertemu selelah-lelahnya ia pasti akan menyempatkan bertemu, tidak ada lagi Haikal yang suka mengajak aku teleponan malam-malam, tidak ada lagi Haikal yang suka random sekali memposting foto ku, intinya ia sudah sangat berubah, itu bukan Haikal ku entah kemana Haikal yang asli pada saat itu.

Di bulan November 2018, Haikal bilang ke aku bahwa ia ingin pergi bersama teman-temannya ke salah satu rekreasi wisata di daerah Pasar Minggu, aku hanya menjawab seadanya karena sebenarnya aku sudah mencurigai Haikal dan salah satu teman perempuan Haikal tapi aku pikir aku mungkin salah perkiraan maka dari itu aku iyakan saja omongam Haikal itu, saat Haikal pergi bersama teman-temannya Haikal tidak membalas chat ku sama sekali, aku hanya menanyakan apakah ia sudah makan atau semacamnya namun Haikal tidak membalas padahal ia online saat itu. Tiba-tiba pikiran ku sudah tidak bisa berpikir positif tentang Haikal, saat aku liat story salah satu temannya Haikal yang instagramnya follow-followan dengan ku itu rasanya sakit sekali, aku melihat Haikal sedang menaik sepeda bersama perempuan lain, Gizasya Resha namanya.

Aku kenal Giza,Giza tahu aku dan Haikal berpacaran seharusnya ia lebih mementingkan perasaan ku apalagi aku dan Giza sama-sama perempuan yang seharusnya sudah saling mengerti, semenjak itu kecurigaan ku makin menjadi apalagi ditambah Haikal yang makin susah untuk ketemu bahkan sekadar balas chat ku saja lama sekalinya balas ia baru pulang main dan ia memilih untuk tidur entah itu tidur benaran atau malah dia teleponan sama Giza.

Ternyata benar Haikal sedang menyukai Giza dan Gizapun sebaliknya, aku tahu tapi aku hanya bisa diam entah harus bagaimana pada saat itu. Haikal memutuskan hubungannya dengan aku, mungkin ia lebih memilih Giza tapi yang aku lakukan hanya mengiyakan kemauan Haikal tanpa menahannya.

Karena itu aku punya trauma sama tempat yang dikunjungi Haikal, benda yang ia naiki bersama Giza, dan Giza.

Aku tidak menyalahkan Giza sepenuhnya karena Haikal pun salah tapi rasanya sakit sekali Aku percaya dengan Giza dan Haikal percaya bahwa mereka tidak akan memiliki hubungan lebih di belakangku tapi ternyata aku salah percaya dengan mereka berdua.

Sejak saat itu aku jadi selalu menyalahkan diri sendiri,selalu membanding-bandingkan diriku,insecure parah,aku memiliki trust issue,aku selalu mikir negatif terus menerus perihal diriku sendiri. Akhir tahun 2018 ku sangat berat sekali karena melihat laki-laki yang aku cintai ternyata memilih perempuan yang baru ia kenal dibanding aku.

Bahkan aku sempat memberi kesempatan untuk Haikal namun tetap sama,ia selalu memprioritaskan Giza diatas aku padahal aku yang pacarnya. Dan kita kembali putus untuk yang kedua kalinya.

Sebagian orang berfikir bahwa bergandengan akan membuat kita kuat, tapi terkadang kita harus saling melepaskan. Tidak ada yang lebih buruk, melihat mereka berdua bersama-sama dan hal tersulit yang pernah aku lakukan adalah pergi dengan tetap mencintaimu. Kamu tidak akan tahu seberapa berharganya sesuatu sampai kamu benar benar kehilangannya. Terkadang kita harus merelakan sesuatu hal bukan karena kita menyerah tapi mengerti bahwa ada hal yang tidak bisa dipaksakan.