uwooskyes

#Dina ngapain?

Kini mereka sudah berada di tempat futsal,Jiwa dan Dhefin sedang ganti baju tiba-tiba ada tamu tak diundang datang.

“Ngapain lo?” tanya Aca pada perempuan itu.

Dina yang sengaja datang untuk memanas-manasi Abin memandang Abin dengan tatapan sinis, “Nonton Jiwa lah.”

Abin yang ditatap seperti itu menatap sinis balik Dina, “Mata lo biasa aja deh.” ucap Dina sambil menunjuk Abin.

Zee sudah tidak tahan dengan kelakuan Dina yang seenaknya kepada Abin namun Abin menahan tangan Zee agar Zee tidak memulai keributan.

“Lah ngapain lu Din?” tanya Jiwa.

“Aku mau nonton kamu.” jawab Dina manja.

Jiwa yang hafal kelakuan Dina pun langsung menjauh darinya dan mendekati kekasihnya itu.

“Ay jangan ditanggepin.” kata Jiwa sambil menggengam tangan Abin.

Abin berusaha diam namun Dina terus-terusan mengusiknya entah ia mengusir Abin yang sedang berada di dekat Jiwa atau menatap ke arah Abin dengan tatapan sinisnya.

“Heh minggir lo gue mau deket cowo gue.” teriak Dina tiba-tiba.

“Ckk apaan lagi si.” ucap Abin sembari memutar bola matanya.

Dina mendorong Abin sampai Abin jatuh ke lantai, “Din apa-apaan si lo.” marah Jiwa.

Jiwa langsung membantu Abin untuk bangun kalau begini ia tidak tenang meninggalkan Abin sedangkan Dina berada di tempat yang sama.

“Gak usah lo sentuh-sentuh cewe gue ya.” tegas Jiwa yang langsung menarik Abin jauh dari Dina.

Zee,Dhefin dan Aca mengikuti arah Jiwa yang berhenti di dekat lapangan futsalnya.

“Kamu di sini aja ya ay biar aku gampang liat kamunya,aku main dulu ya ay.” ucap Jiwa yang sudah waktunya bermain.


Dina yang merasa sudah dipermalukan langsung menghampiri Abin dan menariknya keluar dari tempat tersebut,Zee yang melihat itu langsung mengikuti kemana Dina membawa Abin.

“Jiwa punya gue,” tegas Dina, “lo mending pergi deh bin jangan ganggu hidup Jiwa lagi.”

Abin yang selama ini diam sekarang sudah tidak bisa diam lagi karena sabarnya sudah habis, “Lo gak sadar diri ya? lo gak tau malu ya? Jiwa udah move on dan lo gak perlu ganggu-ganggu dia lagi.”

“Kata siapa dia udah move on? kalo dia udah move on dia gak akan mau rela-relain jemput gue dan tengah malem nyariin gue makanan demi gue biar gue gak kelaperan. Lo itu udah punya semuanya jadi tolong kasih Jiwa buat gue.” tutur Dina.

“Jiwa lakuin itu karena dia punya rasa kemanusiaan,bukannya sesama manusia harus saling membantu?” tanya Abin.

“Diem lo.” ucap Dina sambil melayangkan tangannya seperti ingin menampar Abin namun tangannya ada yang menahan.

“Kalo lo mau nampar Abin,lo tampar gue dulu sini.” ucap Zee.

“Gak usah ikut campur.” kata Dina.

“Oh jelas gue ikut campur,karena lo udah mau main kasar sama temen gue.” tutur Zee.

Dina terlihat kesal, “Gue peringatin sekali lagi ya lo jangan deket-deket sama Jiwa kalo perlu lo putusin Jiwa.” ucap Dina yang sebelum pergi ia menyiram air yang entah dari mana ia dapatkan ke arah Abin. Sayangnya,tidak terkena Abin melainkan Aca.

“Ups sorry bukan salah gue.” ucap Dina lalu pergi.

Abin terlihat panik, “Ca maaf harusnya gue yang kena.”

“Gapapa gue gapapa.” kata Aca.

Bugh

“Brengsek lo Ca temen macem apa lo.” ucap Jiwa yang kini sedang memukul Aca.

Abin menahan Jiwa agar tidak terus-terusan memukul Aca,Zee dan Dhefin juga berusaha memisahkan mereka berdua yang kini sedang berkelahi.

“Stop Jiwa stop.” teriak Abin.

“Kenapa?” tanya Jiwa, “lo mau belain dia hah? oh iya pantes lo belain dia ternyata selama ini kalian berdua main di belakang kan,hebat banget ya.”

Abin kaget mendengar ucapan Jiwa, “Maksud kamu apa si Jiw?”

“Kamu nanya maksud aku apa ay? iya kamu nanya aku?” tanya Jiwa.

“Gara aku beneran gak ngerti maksud kamu apa main belakang gimana.” kata Abin.

“KAMU PELUKAN SAMA DIA APA AY KALO BUKAN MAIN BELAKANG.” bentak Jiwa sambil menunjuk ke arah Aca.

Abin tidak bisa berkata-kata apalagi setelah mendengar ucapan Jiwa.

“Lo gak usah salahin cewe lo Jiw lo liat diri lo dulu lo perlakuin Abin dengan baik apa gak kalo gak ya Abin berhak nemuin yang lebih baik dari lo.” ucap Aca.

Bugh

“Diem lo brengsek.” tonjok Jiwa lagi.

“Gue emang suka Abin tapi gue tau diri anjing GUE GAK BAKAL NGEMBAT PUNYA TEMEN GUE BANGSAT.” penekanan Aca diakhir kalimat agar Jiwa sadar.

Abin yang kini sudah nangis bingung harus berbuat apa, “Udah udah selesai balik cukup Jiw cukup mau pukulin abang gue sebonyok apa si Jiw,“Zee yang menahan Jiwa, “Abin bawa cowo lo balik.” ucap Zee.

Abin pun menarik Jiwa agar selesai sesi baku hantam antara Jiwa dan Aca.

Mereka berdua kini ada di Mobil, “Aaakkuuu yaaangg bawwwaaaa mmmooobbbiiilll nnnyyya yaaa.” ucap Abin terbata-bata karena masih menangis.

“Gue aja.” tegas Jiwa.

Pada akhirnya tetap Jiwa yang mengendarai mobilnya,sesampainya mereka di rumah Abin,Jiwa memilih untuk tidak mampir dan Abin tidak perlu mengobati luka Jiwa.

“Kamu gak mau aku obatin Jiw?” tanya Abin.

“Gue bisa sendiri,udah sana masuk.” jawab Jiwa.

Setelah itu Jiwa pergi dari rumah Abin meninggalkan kekasihnya yang bingung menghadapi masalah ini.

#Aca

Hari ini Abin berniat untuk pulang ke rumahnya setelah 2 hari menginap di rumah Zee,Zee senang Abin menginap di rumahnya karena ia bisa puas mendengarkan cerita Abin entah cerita hidupnya ataupun cerita cintanya.

Kalau kata Zee,Jiwa itu tidak berprinsip karena sepertinya setengah hidup Jiwa masih berada dimasa lalunya yaitu Dina. Abin terlihat sedikit menyesal membiarkan Jiwa masuk ke dalam hidupnya dan membawa pengaruh besar kepadanya.

“Lo yakin mau pulang?” tanya Zee sambil membawa minuman untuk Abin dan dirinya.

“Yakin gak yakin si tapi mau gimana lagi masa gue ninggalin rumah lama-lama banget.” jawab Abin sembari melamun menatap jendela yang terbuka.

“Bin lo gak sendiri,kita ada disini dan kapanpun lo butuhin pasti kita ada.” tutur Zee.

Mata Abin berkaca-kaca seperti ingin menangis, “Gue harus apa ya sama Jiwa,” ucap Abin, “lama-kelamaan kok jadi jauh gini ya gak kerasa udah 6 bulan gue sama dia tapi hubungan kita berubah 2 bulan belakangan ini entah karena apa gue juga bingung Zee.

Zee memeluk Abin, “Lo gak ada salah apapun ya bin udah jangan nangis jangan dipikirin dulu.”

Aca yang melihat itu menjadi geram kepada Jiwa,dari awal harusnya ia jujur pada Jiwa dan teman-temannya bahwa Abin adalah bagian dari masa lalu Aca.


Flashback

Aca yang baru pulang ospek SMA nya dibuat kesal karena kelakuan temannya Zee yaitu Abin dan Odine,mereka berdua mendengarkan musik dengan volume yang sangat keras dan itu menganggu Aca makanya Aca marah-marah ke mereka berdua.

“Zelda,bisa gak si suruh temen lo diem.” bentak Aca yang kini berdiri di depan pintu kamar Zee.

Zee yang hanya pasrah saat Aca marah seperti itu, “Tuhkan lo si bedua gue kan yang diomelin.”

Odine dan Abin merasa bersalah kepada Zee dan Abin ingin meminta maaf langsung pada Aca, “Sorry ya kita berisik kalo mau ngomelin jangan ngomelin Zee tapi omelin gue aja.”

Setelah Abin berbicara itu Aca langsung pergi entah kemana dan mereka kembali bermain lagi.

Hampir setiap hari Odine dan Abin bermain ke rumah Zee,tapi ada suatu hari dimana Abin tidak bermain bersama Zee dan Odine selama dua minggu penuh dan Aca merasa kesepian karena tidak mendengar suara tegas yang terkadang lucu milik Abin. Aca terkejut setelah Zee memberitahu bahwa Abin baru kehilangan 2 orang tersayangnya dalam waktu yang dekat.

“Zee ayo.” ajak Aca yang wajahnya terlihat panik dan khawatir.

Zee bingung melihat kembarannya seperti itu, “Ngapain dah?”

“Ayo ke rumah Abin.” kata Aca.

“Telat ih gue udah ke rumahnya.” ucap Zee.

Aca terlihat seperti orang menyesal entah kenapa Aca sedih melihat Abin yang kehilangan 2 orang sekaligus.

Beberapa bulan setelah itu,Aca menyadari bahwa ia memiliki perasaan lebih kepada Abin karena Abin terlalu sering bermain bersama Zee yang otomatis sering juga bertemu dengan Aca. Abin memang cuek dan tegas sekali orangnya,agak susah bagi Aca untuk mendekati Abin namun akhirnya tembok Abin hancur walaupun berakhir Aca ditolak dengan alasan Odine menyukai Aca dan Abin tidak mau Odine merasa sakit karena Abin menerima Aca.

“Maaf Aca,Odine lebih pantes sama lo,” ucap Abin, “lupain gue dan setelah ini anggap aja kita kaya baru kenal ya,maaf sekali lagi.”

Itulah kata-kata terakhir yang Abin ucapkan untuk Aca sebelum Abin akhirnya benar-benar pergi dari hadapan Aca.

#Lie

Jiwa memarkirkan motornya di bagasi lalu ia buru-buru memasuki rumahnya dan melihat kearah kekasihnya yang duduk di ruang tamu sembari menatap laptopnya.

“Ay maaf.” ucap Jiwa yang menyesali perbuatannya.

Abin bangkit dari duduknya dan menghampiri Jiwa yang berdiri menundukkan kepalanya, “Hey gapapa ayo buka bareng aku gak sabar.”

Melihat Abin tersenyum seperti tidak terjadi apa-apa malah membuat Jiwa makin merasa bersalah. Kini mereka sudah melihat hasilnya dan ternyata mereka berdua lolos dipilihan pertama.

Abin melompat-lompat ke girangan melihat hasilnya ia senang karena akan sekampus dengan kekasihnya itu, “Yeay kita sekampus.”

Jiwa tersenyum, “Ay seneng ya?” tanya Jiwa.

“Ya seneng lah emang kamu gak seneng?” tanya balik Abin.

Jiwa berdiri dan memeluk perempuan kesayangannya, “Seneng lah Abinay.”

Bunda melihat kejadian itu sambil tersenyum hangat,ia bersyukur Jiwa bertemu perempuan yang hebat dan kuat padahal sebelum Jiwa datang wajah Abin terlihat khawatir dan seperti ingin menangis namun bunda berhasil membuat Abin merasa tenang.

“Udah dulu pelukannya sini makan kue buatan menantu ibun.” ucap bunda yang membawa kue buatan Abin.

“Pasti enak deh.” kata Jiwa sambil tersenyum kearah Abin.

Jiwa menyuap satu potongan kue tersebut, “Waduh ini mah enak banget.”

Abin sudah ketar-ketir takut tidak enak atau tidak sesuai dengan ekspektasi mereka namun ternyata Jiwa dan Bunda bilang rasanya enak.

“Gara bunda mau bicara sebentar boleh?” tanya bunda.

Jiwa menengok ke arah Abin seakan-akan meminta izin kepada Abin, “Sana gih.” ucap Abin.

Akhirnya Jiwa dan bunda pergi ke dapur untuk menanyakan kemana Jiwa tadi, “Tadi kamu kemana Gara?”

Jiwa menunduk, “Dina minta tolong ke aku bun.”

“Minta tolong apa?” tanya bunda.

“Iya aku jemput Dina tapi cuma bener-bener jemput kok bun.” jawab Jiwa.

“Abin tadi hampir nangis loh bahkan dia nungguin kamu lama banget di rumahnya,jangan lupa minta maaf dan kasih tau apa yang sebenarnya terjadi,” ucap bunda, “bunda gak suka kamu bohong ya Gara.” lanjut bunda.

Jiwa belum menjawab namun bunda sudah pergi lebih dulu meninggalkan Jiwa yang sedang menunduk dengan rasa penyesalannya.

#Kale disini

Suara bel rumah Didi berbunyi menandakan ada orang yang datang yaitu Misel dan Juan,Didi mempersilakan mereka masuk dan menunggu di ruang tamu karena bi Inah sudah pulang ke rumahnya. Di rumah ini hanya ada Didi,bi Inah,dan pak Adi namun mereka berdua jarang ada Di rumah Didi karena Didi seringkali memerintahkan mereka berdua untuk pulang lebih dulu,sebenarnya mereka juga tidak tega untuk meninggalkan Didi sendirian namun karena itu adalah perintah dari Didi terpaksa mereka mengiyakan perintah itu.

“Mau nonton apa ni?” tanya Juan sambil membuka bungkus kotak donat kesayangannya.

Misel mengambil chiki kentang kesukaannya dan menjawab, “Web drama treasure aja.”

“Ayo ayo gue juga blm nonton.” ucap Didi excited.

Juan hanya menghela nafas melihat mereka berdua yang sedang tergila-gila dengan boygroup asal negeri gingseng itu.

Web drama pun dimulai dan mereka tidak sama sekali berbicara selama web drama berlangsung,ruangan ini terasa dingin karena cuaca di luar sedang hujan seakan-akan mendukung mereka untuk menonton web drama tersebut.

“Eh menurut lo siapa hantunya?” tanya Juan yang tiba-tiba berbicara membuat Misel dan Didi kaget.

Misel melempar chiki ke arah Juan, “Anjing gue kaget bisa gak si nanti dulu nanyanya.”

Juan hanya tertawa kecil seperti tidak ada dosa,tiba-tiba semua lampu dan televisi mati secara bersamaan dengan suara petir yang sangat kencang membuat mereka semua terkejut.

Misel langsung memeluk Didi karena Misel tau Didi sangat benci dan tidak suka gelap, “Ada gue disini.”

Juan yang paham langsung menyalakan flash handphonenya, “Tenang ya kita ada disini,gue cek dulu bentar keluar.”

“Jangan,jangan wan.” ucap Didi dengan nada bergetar seperti ketakutan.

“Di gapapa Juan cek sebentar siapa tau ini bukan mati lampu.” kata Misel sambil mengusap punggung Didi.

“Gak boleh jangan keluar.” tegas Didi.

Misel mengambil handphonenya dan menelpon kekasihnya yaitu Zaidan, “Idan bisa tolong aku gak?” tanya Misel kepada Zaidan melalui telepon.

“Apa sel?” ucap Zaidan yang berada di seberang sana.

“Idan bisa ke rumah Didi gak? rumah Didi mati lampu kalo bisa cepet ya dan.” kata Misel.

“Aku otw sel aku ajak Kale sm Haikal juga ya.” tutur Zaidan.

“Iyaa” balas Misel lalu ia mematikan telepon itu.

Misel masih mengusap punggung Didi untuk menenangkan Didi agar ia tidak ketakutan, “Sel ini aku Zaidan.” teriak Zaidan yang berada di depan pintu rumah Didi.

Juan membukakan pintu untuk mereka agar mereka bisa masuk, “Didi mana?” tanya Kale seperti mengkhawatirkan Didi.

Juan menunjuk kearah ruang tamu, “Di sana sama Misel.”

Tanpa basa-basi ia langsung menghampiri Didi dan bertanya, “Kenapa kaya gini?” tanya Kale.

“Ya mana gue tau tiba-tiba mati.” ucap Misel.

Zaidan yang baru masuk memberitahu bahwa memang terjadi mati lampu, “Emang mati lampu tadi gue nanya ke beberapa tetangga juga mereka mati lampu.”

“Aduh gimana dong gue takut sumpah.” kata Misel.

Zaidan langsung menghampiri Misel dan berkata, “Kan ada aku.”

Kalau rasa takutnya tidak ada sudah pasti Didi melempar botol minumnnya kearah Zaidan.

“Sini Di.” ucap Kale.

“Kale?” panggil Didi.

“Iya gue Kale.” kata Kale.

Didi pun memberanikan diri untuk membuka matanya dan melihat Kale, “Le gue takut.” ucap Didi seperti orang ingin menangis.

Kale mengenggam tangan Didi dan memindahkan Didi dari pelukan Misel ke dalam pelukannya, “Jangan takut ada gue disini.”

#Kale disini

Suara bel rumah Didi berbunyi menandakan ada orang yang datang yaitu Misel dan Juan,Didi mempersilakan mereka masuk dan menunggu di ruang tamu karena bi Inah sudah pulang ke rumahnya. Di rumah ini hanya ada Didi,bi Inah dan pak Adi namun mereka berdua jarang ada Di rumah Didi karena Didi seringkali memerintahkan mereka berdua untuk pulang lebih dulu,sebenarnya mereka juga tidak tega untuk meninggalkan Didi sendirian namun karena itu adalah perintah dari Didi terpaksa mereka mengiyakan perintah itu.

“Mau nonton apa ni?” tanya Juan sambil membuka bungkus kotak donat kesayangannya.

Misel mengambil chiki kentang kesukaannya dan menjawab, “Web drama treasure aja.”

“Ayo ayo gue juga blm nonton.” ucap Didi excited.

Juan hanya menghela nafas melihat mereka berdua yang sedang tergila-gila dengan boygroup asal negeri gingseng itu.

Web drama pun dimulai dan mereka tidak sama sekali berbicara selama web drama berlangsung,ruangan ini terasa dingin karena cuaca di luar sedang hujan seakan-akan mendukung mereka untuk menonton web drama tersebut.

“Eh menurut lo siapa hantunya?” tanya Juan tiba-tiba yang membuat Misel dan Didi kaget.

Misel melempar chiki ke arah Juan, “Anjing gue kaget bisa gak si nanti dulu nanyanya sumpah ih gue kaget beneran Juan.”

Juan hanya tertawa kecil seperti tidak ada dosa,tiba-tiba semua lampu dan televisi mati secara bersamaan dengan suara petir yang sangat kencang membuat mereka semua terkejut.

Misel langsung memeluk Didi karena Misel tau Didi sangat benci dan tidak suka gelap, “Ada gue disini.”

Juan yang paham langsung menyalakan flash handphonenya, “Tenang ya kita ada disini,gue cek dulu bentar keluar.”

“Jangan,jangan wan.” ucap Didi dengan nada bergetar seperti ketakutan.

“Di gapapa Juan cek sebentar siapa tau ini bukan mati lampu.” kata Misel sambil mengusap punggung Didi.

“Gak boleh jangan keluar.” tegas Didi.

Misel mengambil handphonenya dan menelpon kekasihnya yaitu Zaidan, “Idan bisa tolong aku gak?” tanya Misel kepada Zaidan melalui telepon.

“Apa sel?” ucap Zaidan yang berada di seberang sana.

“Idan bisa ke rumah Didi gak? rumah Didi mati lampu kalo bisa cepet ya dan.” kata Misel.

“Aku otw sel aku ajak Kale sm Haikal juga ya.” tutur Zaidan.

“Iyaa” balas Misel lalu ia mematikan telepon itu.

Misel masih mengusap punggung Didi untuk menenangkan Didi agar ia tidak ketakutan, “Sel ini aku Zaidan.” teriak Zaidan yang berada di depan pintu rumah Didi.

Juan membukakan pintu untuk mereka agar mereka bisa masuk, “Didi mana?” tanya Kale seperti mengkhawatirkan Didi.

Juan menunjuk kearah ruang tamu, “Di sana sama Misel.”

Tanpa basa-basi ia langsung menghampiri Didi dan bertanya, “Kenapa kaya gini?” tanya Kale.

“Ya mana gue tau tiba-tiba mati.” ucap Misel.

Zaidan yang baru masuk memberitahu bahwa memang terjadi mati lampu, “Emang mati lampu tadi gue nanya ke beberapa tetangga juga mereka mati lampu.”

“Aduh gimana dong gue takut sumpah.” kata Misel.

Zaidan langsung menghampiri Misel dan berkata, “Kan ada aku.”

Rasanya Didi ingin melempar botol minumnnya kearah Zaidan tapi tidak karena rasa takutnya makin menambah.

“Sini Di.” ucap Kale.

“Kale?” panggil Didi.

“Iya gue Kale.” kata Kale.

Didi pun memberanikan diri untuk membuka matanya dan melihat Kale, “Le gue takut.” ucap Didi seperti orang ingin menangis.

Kale mengenggam tangan Didi dan memindahkan Didi dari pelukan Misel ke dalam pelukannya, “Jangan takut ada gue kan disini.”

#Perpustakaan

Didi pun bergegas ke perpustakaan ditemani oleh buku harian milik dirinya yang kini berada digenggaman tangannya,kalau kata Misel dan Juan buku harian itu sudah seperti pasangan Didi karena kemanapun ia pergi ia selalu membawa barang tersebut.

Didi mengetuk pintu perpustakaan dan mengucap salam, “Assalamualaikum bu.”

“Waalaikumsalam nak,tolong bantu ibu ya nak ini tolong kamu input data murid-murid yang meminjam buku kemarin dan hari ini.” ucap guru itu.

Setelah mengucapkan itu,guru tersebut keluar dari perpustakaan dan meninggalkan Didi sendirian. Tapi tak lama dari itu tiba-tiba ada yang membuka pintu perpustakaan, “Eh ada Didi,ngapain?” sapa anak laki-laki yang tiba-tiba menghampirinya.

Dengan mimik wajah yang sedikit terkejut Didi berusaha menjawab, “Ah iya le lagi disuruh sama bu Sumi.”

“Mau gue bantu?” tanya Kale.

“Gak perlu ini udah mau selesai kok.” jawab Didi sambil terburu-buru menyelesaikan pekerjaannya itu.

Kale tersenyum tipis melihat Didi,Didi tidak pernah berubah ia masih sosok yang sama bagi Kale hanya saja keadaannya yang sudah berbeda.

Didi berdiri dan pamit pada Kale, “Le duluan ya ini gue udah selesai,kalo nanti ada bu Sumi tolong bilangin ya udah gue masukin ke folder. Bye le.”

Belum sempat Kale menjawab Didi sudah menghilang dari hadapannya, “Ternyata lo emang gak pernah berubah ya Di.” bisik pelan Kale sambil tersenyum.

Kale duduk di tempat duduk yang tadi Didi tempati,Kale hanya ingin melihat apa yang Didi kerjakan tadi. Tepat di samping komputer ada sebuah benda seperti buku yang membuat Kale penasaran.

Kale mengambil barang tersebut, “Ini apaan dah kok ada nama gue?”

Kale ragu untuk membukanya namun di depan buku tersebut tertulis kalau Kale diizinkan membuka ini,pada akhirnya Kale membuka buku itu dan betapa terkejutnya Kale dengan isi buku tersebut.

“Didi? ini punya Didi?” tanya Kale pada dirinya.

Kale bingung tapi disisi lain ia juga senang karena dihalaman pertama buku itu terdapat list dan kebanyakan list itu tentang dirinya.

“Di gue izin bawa ya nanti pulang sekolah gue balikin.” izin Kale entah dengan siapa.

#Perpustakaan

Didi pun bergegas ke perpustakaan ditemani oleh buku harian milik dirinya yang kini berada digenggaman tangannya,kalau kata Misel dan Juan buku harian itu sudah seperti pasangan Didi karena kemanapun ia pergi ia selalu membawa barang tersebut.

Didi mengetuk pintu perpustakaan dan mengucap salam, “Assalamualaikum bu.”

“Waalaikumsalam nak,tolong bantu ibu ya nak ini tolong kamu input data murid-murid yang meminjam buku kemarin dan hari ini.” ucap guru itu.

Setelah mengucapkan itu,guru tersebut keluar dari perpustakaan dan meninggalkan Didi sendirian. Tapi tak lama dari itu tiba-tiba ada yang membuka pintu perpustakaan, “Eh ada Didi,ngapain?” sapa anak laki-laki yang tiba-tiba menghampirinya.

Dengan mimik wajah yang sedikit terkejut Didi berusaha menjawab, “Ah iya le lagi disuruh sama bu Sumi.”

“Mau gue bantu?” tanya Kale.

“Gak perlu ini udah mau selesai kok.” jawab Didi sambil terburu-buru menyelesaikan pekerjaannya itu.

Kale tersenyum tipis melihat Didi,Didi tidak pernah berubah ia masih sosok yang sama bagi Kale hanya saja keadaannya yang sudah berbeda.

Didi berdiri dan pamit pada Kale, “Le duluan ya ini gue udah selesai,kalo nanti ada bu Sumi tolong bilangin ya udah gue masukin ke folder. Bye le.”

Belum sempat Kale menjawab Didi sudah menghilang dari hadapannya, “Ternyata lo emang gak pernah berubah ya Di.” bisik pelan Kale sambil tersenyum.

Kale duduk di tempat duduk yang tadi Didi tempati,Kale hanya ingin melihat apa yang Didi kerjakan tadi. Tepat di samping komputer ada sebuah benda seperti buku yang membuat Kale penasaran.

Kale mengambil barang tersebut, “Ini apaan dah kok ada nama gue?”

Kale ragu untuk membukanya namun di depan buku tersebut tertulis kalau Kale diizinkan membuka ini,pada akhirnya Kale membuka buku itu dan betapa terkejutnya Kale dengan isi buku tersebut.

“Didi? ini punya Didi?” tanya Kale pada dirinya.

Kale bingung tapi disisi lain ia juga senang karena dihalaman pertama buku itu terdapat list dan kebanyakan list itu tentang dirinya.

“Di gue izin bawa ya nanti pulang sekolah gue balikin.” izin Kale entah dengan siapa.

#JiwAbinOfficial

Abin sudah sampai di hotel tempat dimana ia dinner malam ini,saat Abin masuk ia melihat sekelilingnya yang terlihat indah dengan hiasan-hiasan,ia merasa service hotel ini sangat bagus padahal ia tidak bilang dinnernya dalam rangka apa tapi mereka menghiasnya seperti sedang ada acara lamaran.

Abin sedang menunggu Jiwa datang,lama sekali Abin sedikit bete karena ini jauh dari jam janjian mereka. Namun tiba-tiba ada seorang laki-laki menghampiri Abin.

“Sorry lama banget.” ucap Jiwa.

Abin tersenyum lebar rasa kesal dan betenya sudah lenyap entah kemana,Abin benar-benar tersenyum lebar setelah ia tahu Jiwa sudah datang, “Ah gak juga kok hehe.” kata Abin.

Jiwa menatap Abin dengan pandangan tulusnya dan berkata, “Lo lebih cantik berlipat-lipat kali hari ini.”

Abin salah tingkah dengan pujian Jiwa,ah rasanya jiwa Abin sudah melayang, “Bisa aja lo.” ucap Abin sembari tersenyum.

“Oiya ini hadiah dari gue.” Abin memberi paper bag yang berisikan hadiah Jiwa dari Abin.

“Loh harusnya gak usah tau bin,lo kan udah jadi hadiah terindah gue hari ini ataupun selamanya.” kata Jiwa.

“mampus anjing gue salting mampus plis udah dong jgn bikin gue salting mulu sial” ucap batin Abin.

“Jiw udah ah lo mah ya bikin orang salting mulu.” ucap Abin.

“Hahaha lo cantik.” puji Jiwa lagi.

“Diem gak.” tegas Abin.

Akhirnya Jiwa terdiam,dan ini adalah waktu yang tepat untuk memberi kejutan kepada Abin. Jiwa berdiri di belakang Abin, “Gue boleh nutup mata lo?”

Wajah abin menghadap ke Jiwa, “Ih lo mau ngapain? ninggalin gue ya?”

Jiwa tertawa kecil, “Tutup dulu aja.”

Jiwa menutup mata Abin memakai penutup mata khusus,ia menuntun Abin ke tempat yang sudah ia persiapkan.

“Ih lo mau bawa gue kemana si.” keluh Abin.

“Tunggu,dikit lagi.” ucap Jiwa.

Mereka telah sampai di tempat yang sudah Jiwa persiapkan agar indah sedemikian rupa.

“Ini udah boleh gue buka?” tanya Abin.

“Boleh.” jawab Jiwa.

Setelah Abin membuka penutup matanya,ia langsung terkejut dengan semuanya. Kapan Jiwa mempersiapkan ini?

“Loh kok.” bingung Abin.

“Kenapa?” tanya Jiwa.

“Kapan lo nyiapin ini? eh tapi tunggu maksudnya ini apa gitu?” tanya balik Abin.

“Izin ngomong panjang x lebar ya bin,” izin Jiwa.

“Gue sengaja ninggalin jam tangan itu.” ucap Jiwa.

“Hah ma-” ucapan Abin terpotong.

“Iya gue sengaja,gue liat lo pas dari masuk dan gue kesel karena kenapa lo harus dateng disaat gue udah mau balik kaya gue gak bisa ngajak kenalan lo secara langsung,akhirnya gue punya ide ya itu idenya jujur bin gue ketar ketir takut banget yang nemuin bukan lo terus jam tangan gue berujung beneran hilang eh ya tapi kalo ilang beneran mah gapapa juga si yang gue takutin cuma lo gak nemuin jam nya gitu doang,”

“Sebenarnya di belakang jamnya ini ada nama akun twitter gue lengkap sama nomor gue yang gue pikirin lo bakalan ngecht langsung gitu eh taunya lo malah sebar berita kehilangan ditwitter tapi gapapa yang penting gue sekarang bisa ada di hadapan lo langsung dan bilang kalo gue suka sama lo semenjak lo masuk ke arena bowling pake jepitan pink yang lucu. Lo menarik banget dimata gue bin.” ucap Jiwa yang benaran panjang.

Abin tidak bisa berkata-kata karena ternyata Jiwa menyukainya sejak hari itu,Abin akui Jiwa mempunya mental yang sangat kuat karena sebenarnya Abin sudah malas untuk berkenalan dengan laki-laki tapi ternyata berbeda saat ia bertemu dengan Jiwa.

“Jangan nangis,belum sepenuhnya lo tau haha. Liat sana deh bin.” ucap Jiwa yang menyuruh Abin menengok kearah proyektor.

Video yang Jiwa buat sebentar lagi akan muncul diproyektor tersebut,video special yang Jiwa siapkan untuk hari ini.

Video pun terputar dan Abin hanya diam mengamati video tersebut sampai diakhir video ada kata ajakan dari Jiwa.

“Jiw sumpah kenapa si ih kok malah lo yang ngasih banyak kejutan ini si.” ucap Abin

“Gapapa,gue pengen liat lo bahagia bin. Terus jawaban lo?” tanya Jiwa.

“Lo masih nanya jawaban gue padahal udah jelas banget gak si gue bakalan jawab iya.” jawab Abin sambil tertawa.

“Iya apa?” tanya Jiwa memastikan sekali lagi.

“Iya gue mau jadi pacar lo Gara.” jawab Abin sambil memeluk Jiwa.

Jiwa membalas pelukannya dan memberi aba-aba ke teman-temannya agar menurunkan bannernya.

“Brukkk” suara banner yang sekarang sudah terpasang dengan baik.

Abin yang sadar langsung melihat kearah banner itu dan ia tertawa,“Lo tuh ya bener-bener deh ada aja hahaha lucu banget bannernya Jiw.” puji Abin.

Tiba-tiba terdengar suara ramai-ramai yang menyanyikan lagu happy birthday dengan bunda Jiwa yang memegang kue ulang tahun untuk anaknya.

Sudah pasti Abin terkejut lagi melihat keberadaan bunda Jiwa bahkan teman-teman mereka.

“Udah dong bin mukanya jangan kaget mulu.” ucap Odine.

“Serius gue banyak kaget hari ini.” kata Abin.

“Selamat ulang tahun anak ku sayang dan selamat juga sudah punya hubungan yang lebih jelas dengan anak kesayangan bunda.” ucap bunda Jiwa.

Jiwa tersenyum sembari memeluk sang ibunda dan Abin pun ikut berpelukan juga. Hari ini adalah hari bahagia untuk kita semua karena banyak sekali berita baik yang hadir dihari ini.

#Planning

Jiwa sudah sampai terlebih dahulu di tempat dinner mereka nanti,Jiwa bilang pada Abin ia akan telat padahal nyatanya ia telat karena mempersiapkan kejutan untuk Abin. Jiwa ingin menyatakan perasaannya hari ini karena hari ini adalah hari special untuk dirinya selain ia date seharian dengan Abin hari ini juga merupakan ulang tahun dirinya. Di acara ini sebenarnya Jiwa tidak hanya berdua saja dengan Abin melainkan teman-teman dari mereka juga ikut hadir bahkan bunda Jiwa juga akan ikut menyaksikan putra kesayangannya menyatakan perasaan kepada sang pujaan hati.

“Pin yang bener masang bannernya.” teriak Jiwa.

“Ini udah bener.” kata Dhefin.

“Miring anjing.” kesal Jiwa.

“Palalo miring lo liat pake mata dong Jiw jangan pake mata batin lo.” Dhefin ikut kesal juga karena Jiwa dari tadi banyak omong.

Bunda Jiwa hanya tertawa melihat mereka yang sedang mempersiapkan itu.

∙ ∙ ∙ Berbeda dengan Jiwa,Abin dan teman-temannya malah bersantai dan tenang dalam membantu Abin.

“Udah udah pas kok itu.” ucap Zee memuji baju yang akan dipakai Abin nanti.

“Yaila lo baru mau dinner doang bin bukan lamaran ngape pake baju yang nyapu lantai dah.” kritik Odine.

“Ish iya iyaaaa.” pasrah Abin.

Kini mereka sudah ada bagian-bagiannya,Zee yang menata rambut dan Odine bagian merias wajah Abin.

Abin memutuskan untuk memakai dress berwarna putih dan membiarkan punggungnya yang terekspos. “Widih princess turun dari mana ni.” ucap Odine.

Abin tersenyum setelah melihat dirinya di kaca,benar kata Odine ia terlihat seperti putri kerajaan, “Hahaha makasi guys huhu terharu deh gue.” kata Abin sembari memeluk kedua temannya itu.

“Lo di jemput Jiwa apa gimana?” tanya Zee.

“Gue jalan sendiri si kesana.” jawab Abin.

Abin membuka handphonenya dan mengirim pesan kepada Jiwa bahwa ia sudah siap dan akan berangkat 5 menit lagi.

∙ ∙ ∙

Di hotel kini semuanya sudah siap bahkan Jiwa pun sudah rapih,ia harap hari ini rencananya berjalan dengan lancar.

“Duh anak ibun ganteng banget.” puji bunda Jiwa.

“Hehe ganteng kan bun iya dong anaknya bunda.” bangga Jiwa.

Bunda tersenyum dan berkata, “Nak jangan sakiti Abin ya,Abin sama kaya ibun sama sama perempuan kalau kamu menyakiti Abin sama saja seperti kamu menyakiti ibun loh. Buat dia bahagia dengan apa yang kamu punya.”

Jiwa memeluk bundanya,ia bersyukur bunda ingin kembali pada Jiwa setelah bertahun-tahun meninggalkannya.

#3 n 4

Arena bowling adalah tempat selanjutnya yang mereka kunjungi,di tempat ini lah pertama kali mereka bertemu. Mereka sama-sama sadar namun saat itu Jiwa sudah ingin bergegas pulang dan Abin baru saja datang maka dari itu Jiwa sengaja meninggalkan jam tangannya berharap perempuan yang menarik perhatiannya menemukan jam tangan tersebut.

“Yuk main.” ajak Jiwa.

Mereka pun main dan tak terasa waktu sudah menunjukkan jam 3 sore yang artinya sudah berganti list,list ke 4 adalah pergi piknik ke pantai,melihat sunset bersama dan jangan lupa untuk mengabadikannya.

∙ ∙ ∙

Pantai Arcana adalah salah satu pantai yang indah di Jakarta,pasir yang berwarna putih itu terlihat bersih nan indah. Kini mereka sedang menggelar karpet agar bisa duduk dipasir.

“Jiw? gimana hari ini?” tanya Abin.

“Hari terindah yang rasanya pengen gue ulang seribu kali.” jawab Jiwa.

“Gue pengen tau tentang hidup lo Jiw.” ucap Abin.

“Gak ada yang istimewa dihidup gue bin,gue kehilangan ayah dari umur 10 tahun ayah sakit tapi gak pernah ngasih tau bunda sampai ayah meninggalpun bunda belum tahu ayah sakit apa,ketauan-ketauannya pas selesai nguburin ayah. Dari situ bunda berubah jadi pendiem bahkan ngobrol sama gue pun jarang sampai akhirnya bunda milih untuk pulang ke bandung ninggalin gue sendirian tanpa siapapun. Tapi lo harus tau bin karena ada kejadian itu gue sampai sekarang bisa jadi anak yang mandiri,” Jiwa tersenyum bangga kepada dirinya.

“Dari kejadian itu gue banyak belajar tentang apapun itu,rumah gue besar yang ngisi cuma gue doang sendiri lo bayangin aja deh anak kecil umur 10 tahun tinggal sendirian apa gak takut itu anak kecilnya?”

“Gue takut bin takut banget tapi gue selalu lawan kaya yang bodo amat deh gitu,3 tahun gue bener-bener hidup sendirian ya gak sendirian banget si karena tante gue setiap hari ngurusin gue juga tapi gak nginep aja. Sampai akhirnya bunda pulang dan ngerasa bersalah karena udah ninggalin gue,gue pikir bunda bakalan netap bin taunya gak,bunda pulang hari itu juga,” tatapan Jiwa berubah menjadi sendu.

“Bunda pulang kerumah cuma mau nganterin bu Ika,orang yang kerja di rumah gue sampai sekarang. Bunda bilang bunda gak bisa tinggal di rumah itu lagi karena selalu mengingatkan sama ayah dan gue pun gak mau egois bin gue pengen Bunda ngelakuin hal yang bikin dia bahagia. Lagipula gue udah mandiri juga kan bukan gak perlu lagi sosok bunda tapi menurut gue kebahagiaan bunda buat gue nomor 1. Waktu kita ke bandung gue cerita soal lo,orang yang gue suka. Bunda seneng banget excited pengen ketemu lo. dan Akhirnya sekarang bunda pulang dan menetap di rumah itu karena lo.” ucap Jiwa.

“Lo hebat ya Jiw,lo keren banget.” puji Abin sambil menyenderkan kepalanya ke bahu lebar Jiwa.

“Hahaha blm keren kalo blm jadi pacar lo.” kode Jiwa.

Kini langit semakin orange yang menandakan sunset akan muncul yang berarti malampun akan tiba. Mereka saling menyandarkan kepala,tertawa membahas yang lucu,bernyanyi bersama dan mendengarkan lagu bersama. Benar kata Jiwa,hari ini adalah hari yang special.

“Terima kasih udah hadir dihidup gue Abinay.” ucap dalam hati Jiwa sambil menatap senja. published with write.as