Tepat pukul satu malam, mobil yang Amara gunakan mati secara tiba-tiba, Amara yang buta akan permasalahan mobilpun merasa ketakutan apalagi ini sudah tengah malam dan ia berada di gang yang cukup sepi nan gelap itu.
Ia mencoba menelpon supirnya namun hasilnya nihil, ia juga menelpon Kaluna dan hasilnya pun nihil. Dari jauh Amara mendengar suara motor, Amara berharap orang tersebut bukanlah orang jahat.
Tak lama dari mendengar suara motor, ponsel milik Amara berbunyi menandakan ada notifikasi.
“Ian? itu ian?” celingak-celinguk Amara mencari keberadaan Julian.
Amara mendengar suara langkah kaki yang semakin dekat dengan dirinya.
“Kenapa?” tanya Julian yang membuat Amara terkejut.
Amara memukul pelan Julian, “Jangan ngagetin kek yan.”
“Ini kenapa?” tanya Julian lagi.
“Gak tau, tiba-tiba mati.” jawab Amara.
Julian membuka mesin mobil guna melihat apa yang menyebabkan mobil Amara mati, “Bensin lu aman?”
Amara mengangguk, “Aman kok tadi gue lihat masih ada,”
“Kayaknya sih...” lanjut Amara dengan suara kecil mengingat tadi dirinya tidak melihat dengan baik perihal bensin.
“Coba kuncinya sini.” kata Julian.
Amara menunjuk kuncinya ada di dalam mobil.
Julian mencoba menyalakan namun tetap tidak menyala, “Ini mah udah pasti bensin lu abis,”
“Gue cek mesinnya aman-aman aja kok.” tambah Julian.
Amara menggigit bibir bawahnya, tangannya mulai gemetar, rasa takutnya muncul lagi. Julian melihat dan tahu bahwa Amara kini sedang merasa takut.
Julian memegang pundak Amara, “Lu balik sama gue aja, ini mobil nanti gue yang urus.”
“Gue gak balik ke rumah.” ujar Amara dengan mata berkaca-kaca.
Secara tidak sadar, Julian mengenggam tangan Amara dan mengatakan, “Gak usah takut, ada gue ra.”
Tindakan Julian membuat Amara sedikit tenang, ia memilih untuk meninggalkan mobilnya itu dan ikut pulang bersama Julian.
“Lu gapapa kan sendiri?” tanya Julian memastikan Amara.
Amara mengangguk dan tak lupa juga ia mengucapkan terima kasih kepada lelaki itu.
“Kalo ada apa-apa kabarin gue, udah sana masuk.” kata Julian.
Amara meninggalkan Julian terlebih dahulu, ia sedikit melunak dengan sikap Julian yang seperti ini.