uwooskyes

List

#List 3

Malam ini entah mengapa cuacanya dingin sekali sampai terasa ditulang,mereka kini sedang menyelusuri jalanan tanpa adanya tujuan. Didi merasa ini seperti mimpi karena ia tidak pernah membayangkan dirinya dekat kembali dengan cinta pertamanya,dulu saat mereka kecil mereka sering sekali bermain,hampir setiap hari mereka selalu bersama karena kebetulan mereka tetanggaan dan orang tua merekapun sudah berteman sejak dulu kala jadi mereka tambah dekat karena itu. Keluarga Kale memutuskan pindah saat Kale berumur 8 tahun karena nenek dan kakek kale membangun rumah sakit dan orang tua kale diminta untuk menjadi direktur di rumah sakit tersebut dan setelah itu Kale dan Didi kehilangan kontak sampai akhirnya mereka bertemu lagi di sekolah yang sama.

Kale membuka kaca helmnya, “Seneng gak?”

Didi mendekatkan wajahnya ke arah Kale agar omongan Kale terdengar, “Hah lo ngomong apa?”

Kale tertawa melihat tingkah Didi yang menggemaskan. Kale berhenti sejenak dan melepas helmnya, “Seneng gak?”

Didi yang kaget melihat Kale menghadap ke arah Didi, “Hah aduh kaget eh seneng kok.”

“Mau makan gak?” tanya Kale.

“Mau mau.” jawab Didi yang tersenyum mendengar ajakan Kale.

“Sate mau?” tanya Kale lagi.

“Apa aja kalo sama lo mau mau aja le.” jawab Didi.

Kale tersenyum salah tingkah, “Bisa aja lo.”

Kale memasang helmnya lagi dan mengendarai motornya lagi ke arah di mana tempat makan sate berada.

Sesampainya mereka di sana,Kale langsung memesan makanan untuk mereka berdua. Kale duduk di hadapan Didi, “Ini sate enak banget deh pokoknya.”

Didi mengangguk seakan-akan setuju, “Iya gue mah setuju aja deh.”

“Kenapa badmood?” tanya Kale.

Didi bingung harus jawab apa tidak mungkin kan ia jawab kalo penyebabnya karena Kale dan Devy satu divisi, “Itu Adam ngeselin gue diminta jadi ketua.”

“Ngeselin emang tu orang,” kata Kale, “masa tiba-tiba gue satu divisi sama Devy gak ada pemberitahuan apa-apa lagi.”

Didi merasa tidak terima, “Wah sialan Adam.”

Kale tertawa, “Haha udah gapapa walaupun gue males berurusan sama Devy juga tapi ya mau gimana lagi.”

“Ah lo mah pasrah aja,” tutur Didi, “Sok males lo aslinya juga blm move on kan sama Devy.”

Kale menyentil dahi Didi pelan, “Sok tau banget si Didiska.”

“Ih sakit Vano.” ucap Didi sambil tertawa.

Malam ini terasa sangat indah buat Didi karena ia bisa mewujudkan salah satu listnya dan ia pun masih tetap berusaha mewujudkan list yang lain.