#Tangga

“Pegangin yang bener Juan!” protes Amara ketika merasa tangganya bergoyang.

Juan tertawa, “Ini gue pegangin ra.”

Akhirnya Amara pun menapakkan kakinya dengan selamat, kucing peliharaan Juan ternyata sudah menunggu Amara di depan gerbang Juan.

“Aduh anak-anakku sangat lucu sekali.” puji Amara sembari menggendong Kitty—kucing betina yang Amara namai Kitty.

Rumah Juan memang terlihat sepi karena ia hanya tinggal bersama mba Ani yang membantu membereskan rumahnya dan pak Ucup supir keluarganya, kedua orang tua Juan sudah meninggal beberapa tahun lalu karena kecelakaan pesawat maka dari itu ia tinggal sendiri.

“Udah 2 hari ini gue liat-liat lu gak keluar rumah, gak kuliah lu?” tanya Juan.

Amara menggelengkan kepala, “Gue mau ngundurin diri.”

Pernyataan Amara sungguh membuat Juan terkejut pasalnya yang ia tahu bahwa Amara bukanlah orang yang takut akan gosip-gosip yang beredar di kampus.

“Apa-apaan lu!” seru Juan langsung mendekati Amara.

Amara tersenyum, “Gue setuju sama pilihan bokap.”

“Lu bisa nolak kalo lu gak mau ra.” tegas Juan.

“Gue mau,” ujar Amara, “Mereka gak maksa gue tapi emang gue yang mau.”

Juan tidak berkutik lagi setelah mendengar bahwa Amara sendiri yang mau melakukan keinginan papanya.

Sedari dulu, Amara selalu mau melakukan apa yang diinginkan oleh orang tuanya, yang Juan tahu Amara tidak diberi kebebasan untuk memilih jalan hidupnya sendiri maka dari itu Amara bekerja setengah waktu demi mencapai keinginannya sendiri tanpa bantuan kedua orang tuanya. Walaupun begitu, ia jarang sekali mengeluh tentang hidupnya, hanya sesekali saja.