uwooskyes

abin

#Abin dan Aca

Hari ini Abin berniat untuk pulang ke rumahnya setelah 2 hari menginap di rumah Zee, Zee senang Abin menginap di rumahnya karena ia bisa puas mendengarkan cerita Abin entah cerita hidupnya ataupun cerita cintanya.

Kalau kata Zee, Jiwa itu tidak berprinsip karena sepertinya setengah hidup Jiwa masih berada dimasa lalunya yaitu Dina. Abin terlihat sedikit menyesal membiarkan Jiwa masuk ke dalam hidupnya dan membawa pengaruh besar kepadanya.

“Lo yakin mau pulang?” tanya Zee sambil membawa minuman untuk Abin dan dirinya.

“Yakin gak yakin si tapi mau gimana lagi masa gue ninggalin rumah lama-lama banget.” jawab Abin sembari melamun menatap jendela yang terbuka.

“Bin lo gak sendiri, kita ada disini dan kapanpun lo butuhin pasti kita ada.” tutur Zee.

Mata Abin berkaca-kaca seperti ingin menangis, “Gue harus apa ya sama Jiwa,” ucap Abin, “lama-kelamaan kok jadi jauh gini ya gak kerasa udah 6 bulan gue sama dia tapi hubungan kita berubah 2 bulan belakangan ini entah karena apa gue juga bingung Zee.”

Zee memeluk Abin, “Lo gak ada salah apapun ya bin udah jangan nangis jangan dipikirin dulu.”

Aca yang melihat itu menjadi geram kepada Jiwa,dari awal harusnya ia jujur pada Jiwa dan teman-temannya bahwa Abin adalah bagian dari masa lalu Aca.


Flashback

Aca yang baru pulang ospek SMA nya dibuat kesal karena kelakuan temannya Zee yaitu Abin dan Odine, mereka berdua mendengarkan musik dengan volume yang sangat keras dan itu menganggu Aca makanya Aca marah-marah ke mereka berdua.

“Zelda, bisa gak si suruh temen lo diem.” bentak Aca yang kini berdiri di depan pintu kamar Zee.

Zee yang hanya pasrah saat Aca marah seperti itu, “Tuhkan lo si bedua gue kan yang diomelin.”

Odine dan Abin merasa bersalah kepada Zee, lalu dengan keberanian yang ada Abin menemui Aca untuk meminta maaf langsung padanya, “Sorry ya kita berisik kalo mau ngomelin jangan ngomelin Zee tapi omelin gue aja.”

Setelah Abin berbicara itu Aca langsung pergi entah kemana dan mereka kembali bermain lagi.

Hampir setiap hari Odine dan Abin bermain ke rumah Zee, tapi ada suatu hari dimana Abin tidak bermain bersama Zee dan Odine selama dua minggu penuh dan Aca merasa kesepian karena tidak mendengar suara tegas yang terkadang lucu milik Abin. Aca terkejut setelah Zee memberitahu bahwa Abin baru kehilangan 2 orang tersayangnya dalam waktu yang dekat.

“Zee ayo.” ajak Aca yang wajahnya terlihat panik dan khawatir.

Zee bingung melihat kembarannya seperti itu, “Ngapain dah?”

“Ayo ke rumah Abin.” kata Aca.

“Telat ih gue udah ke rumahnya.” ucap Zee.

Aca terlihat seperti orang menyesal entah kenapa Aca sedih melihat Abin yang kehilangan 2 orang sekaligus.

Beberapa bulan setelah itu, Aca menyadari bahwa ia memiliki perasaan lebih kepada Abin karena Abin terlalu sering bermain bersama Zee yang otomatis sering juga bertemu dengan Aca. Abin memang cuek dan tegas sekali orangnya,agak susah bagi Aca untuk mendekati Abin namun akhirnya tembok Abin runtuh walaupun berakhir dengan Aca yang ditolak oleh Abin, karena Odine menyukai Aca dan Abin tidak mau Odine merasa sakit hati karena Abin menerima Aca.

“Maaf ca, Odine lebih pantes sama lo,” ucap Abin, “lupain gue dan setelah ini anggap aja kita kaya baru kenal ya,maaf sekali lagi.” tutur Abin sembari meninggalkan Aca sendirian di teras rumahnya.

Itulah kata-kata terakhir yang Abin ucapkan untuk Aca sebelum Abin akhirnya benar-benar pergi dari hadapan Aca.