#last day

“Mau kemana dulu?” tanya Odine kepada Zee dan Abin yang sedang rebutan chiki.

Odine melempar buku kecil ke arah mereka berdua, “Stop anjing cepet jawab mau kemana.”

Abin yang kesakitan pun menjawab dengan ketus, “Bowling bangsat gue timpuk balik lo.”

Zee tertawa, “Bisa gak lo jangan pergi dulu?”

Abin menatap Zee, “Jangan bikin gagal rencana gue dong.”

“Gue ganti uang tiket lo deh.” ucap Zee.

Abin merangkul Zee dan berjalan ke arah Odine, “Niat banget ya bu.”

Odine mengambil kunci mobilnya, “Ayo nanti keburu sore.”

Mereka sedang dalam perjalanan menuju tempat bowling di mana waktu itu adalah pertemuan pertama kali di antara Jiwa dan Abin. Sesampainya mereka langsung bermain namun hanya Odine dan Zee saja yang bersemangat,Abin sedang menatap tempat Jiwa berada pada saat itu,ia sungguh rindu pada lelaki itu. Rasanya Abin bermimpi karena sekian lamanya ia tidak jatuh cinta dan sekalinya jatuh cinta kisahnya tak semulus bayangannya selama ini.

“Ini tempat di mana kita ketemu Jiw,aku foto kamu,kamu ninggalin jam kamu dengan sengaja,kita ketemuan dan jadi lebih dekat karena kita pergi bareng ke Bandung.” bisik batin Abin.

Zee mengusap bahu Abin agar Abin tidak menangis hari ini.


Tempat selanjutnya adalah lapangan tennis,sebenarnya ini adalah tempat yang akan Jiwa dan Abin datangi nanti namun ternyata takdir berbeda dari apa yang mereka rencanakan tapi tak apa,setidaknya Abin tetap mengunjungi walaupun tidak bersama Jiwa.

Lagi-lagi Abin tidak bermain,ia sibuk memperhatikan tempat ini dari ujung ke ujung mungkin ia sedang membayangkan bagaimana kalau suatu hari itu jadi.

“Liat tempat ini bikin aku seneng Jiw,walaupun perginya gak sama kamu tapi aku merasa kamu ada di sini sama aku duduk di samping aku terus kamu bilang gini,” ucap Abin tersenyum, “Ayo taruhan yang kalah harus peluk lama banget.”

“Kamu sendiri kan yang bilang gitu tiap kita lagi main bareng apapun itu.” tutur Abin

Abin meninggalkan tempat itu tanpa sepengetahuan teman-temannya,Abin berlari menuju mobil Odine.

Odine yang melihat itu langsung berlari mengejar Abin. Namun seketika Ia berhenti,ia melihat Abin sedang duduk dan bersandar pada belakang mobil Odine,Abin sedang menangis.

“Zee jangan.” Odine menahan Zee untuk menghampiri Abin.

“Ayo main lagi aja.” ajak Odine.

Zee melepas genggaman Odine, “Din Abin lagi butuh dipeluk ayo kita peluk dia.”

Odine menggeleng-geleng, “Bukan,dia lagi butuh nangis sendirian Zee,”

“Biarin aja dia nangis sampe puas nanti kita pura-pura gak tau aja.”

Odine melanjutkan permainannya sedangkan Zee duduk di dekat lapangan ia terlihat khawatir pada Abin.