“Ada apaan sih!” ketus Amara melihat Adel dan Juan datang bersamaan.
Adel mendorong koper miliknya dan Juan mungkin mendorong koper milik Amara. Sudah banyak pertanyaan dipikiran Amara namun ia terkejut mendengar pernyataan Adel.
“Mami pergi dari rumah.” tutur lemas Adel sembari membaringkan badannya di sofa. Ia menangis.
Amara mendekati Adel, “Kenapa? alasannya apa?”
“Mami marah ra, marah banget pas tau soal kontrak itu,” ujar Adel, “dari awal pun mami gak setuju untuk itu.”
“Tapi ini demi kebaikan mami juga kan del, lu tau kenapa papa mau lakuin itu.” kata Amara.
“Gue tau tapi masih banyak cara lain ra, gak harus lu dan papa ngorbanin diri jadi orang tolol tau gak!” marah Adel mengusap wajahnya kasar.
Juan diam membisu mendengar dan melihat pertengkaran kakak beradik ini, ia tahu mereka berdua adalah dua orang yang kepalanya sama dengan batu.
“Kita ikut minggat gitu?” tanya Amara mengernyitkan dahinya.
“Iya, kalo lu gak mau yauda.” jawab Adel menghapus air matanya dan berjalan menuju kamar kedua di unit Amara.
Juan merentangkan tangannya guna memeluk Amara, “Sini.”
Amara berjalan pelan ke arah Juan dan memeluk Juan sangat erat, sejak dahulu dikala Amara sedang bersedih sudah pasti Juan merentangkan tangannya terlebih dahulu atau kadang juga memeluknya tanpa izin dan mereka sudah terbiasa dengan itu.