#Bandung (2)

She's soothing like the ocean rushing on the sand She takes care of me baby She helps me be a better man She's so beautiful sometimes I stop to close my eyes She's exactly what I need yeah

Kaisar menuruti permintaan Senja, mereka bertiga menatap Kaisar dan hanyut dalam lantunan lagu yang ia nyanyikan. Namun, manik mata milik Kaisar hanya menatap sang perempuan di hadapannya, Senjalah yang ia tatap. Ketika mata mereka berdua bertemu, Senja buru-buru memutuskan kontak mata tersebut

“Duh, gue mau ke kamar mandi dulu ya.” izin Senja sembari berlari kecil.

Kaisar tahu bahwa Senja sedang mengalihkan salah tingkahnya itu, “Lucu juga.” gumam kecil Kaisar yang tersenyum melihat Senja berlari kecil.

“Barbequean sekarang yuk!” ajakan Anandita yang dianggukin oleh Kaisar dan Januari.

Kaisar menaruh gitar di dalam villa dan Senja baru saja keluar dari kamar mandi, “Pada mau bakar-bakar tuh di luar.” kata Kaisar.

Senja mengangguk, “Oh yaudah gue bawain bahan-bahannya keluar deh ya.”

“Gimana?” tanya Kaisar yang mendekat ke arah Senja.

Tiba-tiba jantung Senja berdegup sangat kencang. Ah, tidak mungkin Senja jatuh cinta secepat ini apalagi dengan laki-laki yang ia benci setengah hidup itu.

“Gajelas lu ah, sana-sana jangan deket-deket gue!” gerutu Senja mendorong pelan Kaisar.

Yang didorong hanya tersenyum melihat Senja yang kini berjalan menjauh ke arah luar.

“Merah banget tuh muka.” goda Januari.

Senja memukul punggung Januari, “Diem lu.”

Anandita yang melihat itupun ikut tertawa dan menggoda Senja.

Mereka memang tidak berencana untuk menginap maka dari itu acara barbequeannya dilakukan siang ini.

Mereka semua sibuk, ada yang sedang membakar daging, membaluri mentega ke sosis, ataupun yang membersihkan piring-piring untuk mereka makan nanti.

“Akhirnya gue menghirup udara yang berbeda.” celetuh Kaisar.

“Apa yang beda?” tanya Anandita.

“Ini Bandung dit, beda lah.” jawab Kaisar asal.

Januari tertawa, “Bangun lu anjing, bantuin gue bikin minuman.”

Kaisar berdiri dan mengikuti Januari ke dapur.

“Kaisar asik kan orangnya?” tanya Anandita kepada Senja.

“Hmmm, ok lah.” jawab Senja menatap Anandita.

“Dia tipe lu banget gak sih jan?” tanya Anandita lagi.

“Gak lah, gak banget,” jawab Senja.

“Sedikit iya, tapi kalo orangnya Kaisar ya gak banget.” ralat Senja.

Tak sengaja omongan Senja terdengar oleh telinga Kaisar yang sedang membawa minuman ke arah Senja dan Anandita.

Kaisar tersenyum tipis mendengarnya, sakit, sakit sedikit. Lagipula tipe Kaisar juga bukan yang seperti Senja, jadi tidak perlu khawatir, harusnya.

“Woi, bawa ke sini.” senggol Januari.

Tersadar dari lamunannya, Kaisar berjalan mendekat ke arah mereka, “Nu, gue nanti sorean mau ketemu Sabita dulu ya, kalo mau balik kabarin.”

“Sabita?” batin Senja.

“Jiakh, gamon mah gamon aje kai.” goda Januari.

“Gamon palalu.” bantah Kaisar.

Senja yang sedang mengiris cabai tak sadar bahwa tangannya ikut tergores karena terlalu memerhatikan Kaisan dan Januari.

“Aw,” keluh Senja ketika melihat tangannya berdarah.

Kaisar langsung mendekat dan membersihkan darahnya dengan tisu, “Hati-hati, Senja.”

“Makasih.” kata Senja sambil menarik pelan tangannya.

Januari dan Anandita hanya menatap kedua insan yang kini seperti sedang berada di drama korea.

“Gapapa jan?” tanya Anandita.

Senja mengangguk, “Udah yuk lanjut, gue laper banget.”

Selesai bakar-bakar, kini mereka sedang melahap makanan yang mereka masak sendiri.