Seselesainya mereka berdua berbincang Odine pamit pulang karena ia masih ada pemotretan,Abin memilih tetap menunggu Aca. Selagi Abin menunggu,Abin melihat ke arah dua sejoli yang sedang tertawa sepertinya mereka sepasang kekasih karena terlihat sekali aura bahagia mereka namun Abin seperti mengenali dua orang tersebut.
Abin berbisik, “Itu Jiwa? atau bukan? tapi baju itu baju yang gue pilihin waktu beli baju sama gue.”
Ternyata tebakan Abin benar,dua orang tersebut adalah Jiwa dan Dina,Abin kini berjalan ke arah mereka.
Abin memukul kencang meja restoran tersebut, “Oh ini yang kamu bilang break? KARENA KAMU UDAH MAIN BELAKANG SAMA PEREMPUAN INI IYA KAN JIWA?” bentak Abin yang emosinya tinggi sekali.
“Aaabiin.” ucap Dina terbata-bata.
“Kita lagi break kan,yauda berarti suka-suka gue mau jalan sama siapapun.” ucap Jiwa tegas.
Abin yang mendengar ucapan itu langsung jatuh karena lemas tak berdaya,Dina ingin membantu namun Jiwa menahan tangannya.
“Gak usah bertingkah,” ucap Jiwa, “cowonya dateng tu.”
Aca melihat kejadian tersebut ingin sekali memukul muka Jiwa lagi namun ia lebih memilih membantu Abin berdiri dan menuntun Abin ke luar restoran tersebut.
Sebelum Aca keluar ia menatap ke arah Jiwa dan Dina berada, “Kalian berdua gak lebih baik dari sampah.”