#01

“Najis komuk lu kusut banget kaya keset welcome noh.” cela Jaka yang baru saja tiba.

Davi tertawa keras, “Sialan lu jak kalo ngomong suka reneb dah ah.”

“Kenapa si brother?” tanya Juju—panggilan kesayangan untuk Juan.

Yang ditanya hanya melamun saja, sungguh Hanif merasa keberatan mengenai kedatangan perempuan ini, Hanif tidak biasa berinteraksi dengan perempuan namun mulai hari ini ia harus membiasakan diri dengan keberadaan sosok perempuan yang selalu merepotkan dirinya.

“Puyeng gue.” Hanif mengeluh seraya menghela nafas.

Menurut kacamata teman-temannya, kalau Hanif sudah berbicara seperti itu artinya masalah ini adalah masalah berat.

“Ngape?” tanya Jaka.

“Lu tau sendiri gue gak biasa ngobrol atau ngapain gitu sama cewek dan sekarang gue harus membiasakan diri lagi.” jelas Hanif.

Teman-temannya Hanif mengerti mengapa ia sulit berinteraksi dengan perempuan kecuali keluarganya.

Ketika Hanif berpacaran dengan Kathrine, Kathrine seringkali meminta Hanif untuk menjauhi atau membatasi dirinya dengan perempuan dan sejak itu Hanif benar-benar membatasi dirinya dengan perempuan lain.

“Ya santai aja lah bro, lemesin aja nip. Lagian itu cewek kan juga bukan mau dijadiin pacar lu atau lu dijodohin gitu, kan gak.” saran Davi.

“Masih gamon kali lu, makanya takut deket cewek.” celetuk Jaka.

“Anjing, kagak lah.” balas Hanif.

“Gue liat tadi si cewek itu ke kantin bareng nip ama Kathrine.” ucap Juju.

Hanif mengendikkan bahu seakan tak peduli dengan berita itu.

“Waduh asik nih kalo mereka kenal.” goda Jaka.

Hanif yang tadinya menepis pikiran itu pun sekarang menjadi penasaran.

“Gue cabut dulu.” pamit Hanif seraya melangkah keluar.

Davi baru ingin mengeluarkan kata-kata namun Hanif sudah menghilang dari pandangannya.

“Kurang ajar tuh anak.” Jaka menggerutu sembari menyalakan rokoknya yang dari tadi ia pegang.