#00
Cuaca hari ini seperti tidak mendukung Hanif menggunakan motor kesayangannya, sebenarnya bisa saja ia memakai motor dan menggunakan mantel biru yang biasa ia pakai namun karena hari ini ia harus menjemput seseorang jadi alangkah baiknya ia menggunakan mobil hitamnya itu.
“Adek, ini nanti kamu kasih ke Sherra ya!” pinta Bunda.
Yang dipanggil hanya mengangguk dan memberi jempol nya itu seraya membuka pintu mobil.
“Adek jalan bun.” Hanif membuka kaca mobil dan melambai pada Bundanya.
Hanif terbilang jarang mengendarai mobil, bukan karena tidak bisa mengendarai namun ia malas memakai mobil di tengah Ibukota ini.
Sedari tadi Hanif sudah mengeluh beberapa kali perihal ia tidak mau lagi membawa mobil terkecuali dikeadaan darurat.
“Ini rumahnya yang mana sih.” gerutu Hanif saat memasuki komplek Adayana—tempat tinggal Sherra.
Di kediaman lain, kini Sherra sedang menunggu jemputannya itu. Ia sudah rapi sedari tadi karena ia takut anak temannya mami menunggu lama dan ternyata ia yang harus menunggu.
Hari ini Sherra terlihat excited karena ingin bertemu dengan Kathrine. Ngomong-ngomong soal Kathrine, ia adalah teman semasa SMP Sherra, bisa dibilang Kathrine dan Sherra adalah primadona SMP nya pada saat itu. Kepribadian mereka ini sangat bertolak belakang, Kathrine adalah sosok perempuan yang ramah dan murah senyum sedangkan Sherra adalah sosok perempuan yang sedikit tegas, judes, dan sulit berteman.
Sherra melihat jam tangannya dan menunjukkan pukul 06.15, “Mami, ini kenapa lama banget sih.”
“Sherra, turun. Hanif sudah datang.” teriak Mami dari bawah.
Dengan terburu-buru Sherra menuruni tangga dan melihat ke arah laki-laki yang memakai foto profil kucing lucu itu.
“Dah yuk,” ajak Sherra. “Bye mami, aku jalan dulu.”
Sherra memasuki mobil tersebut dan mengotak-atik radio mobil milik Hanif.
Hanif sedikit terkejut melihat sikap Sherra yang bisa dibilang tidak sopan ini.
“Eh, sorry sorry, gue lupa ini mobil lu.” Sherra menatap Hanif yang sedang menyetir dengan fokus.
Tidak ada jawaban atas permintaan maaf Sherra, sedikit kesal dan kalau mengingat kejadian semalam rasanya Sherra ingin menenggelamkan dirinya ke lautan dalam.
“Fyuh, untung gak telat. Btw makasih ya.” ujar Sherra setelah keluar dari mobil Hanif dan berjalan menuju ke kelasnya.
Hanif menahan tangan Sherra, “Dari bunda.” ucapnya lalu pergi meninggalkan Sherra yang membeku.
“Anjing semuanya ngeliatin gue.” kesal Sherra seraya berjalan dengan cepat.